KOTA CIREBON, (FC).- Para tukang pikul jasa bangunan dan bersih-bersih taman selalu gowes 3 jam sehari untuk pulang pergi.
Salah seorang tukang pikul asal Desa Penpen Kecamatan Mundu Kabupaten Cirebon, Muhammad Sunarto mengaku, dirinya dan ke 30 rekannya selalu gowes 3 Jam sehari sejak pukul 05.00 pagi dan pulang dikala siang hari pukul 12.00 siang.
Setiap kali menunggu panggilan kerja pikull, mereka selalu mengetem di gapura bahu jalan Dr. Sutomo , Pekiringan, Kec. Kesambi, Kota Cirebon.
“Berangkat satu jam setengah begitupun dengan pulang. Total ya, tiga jam perjalanan. Dan dari dulu kita ngetem selalu disini,” kata Sunarto, Kamis (1/4).
Tak lagi berusia muda, Sunarto yang kini menginjak 51 tahun membeberkan, bahwa jasa mereka sudah jarang digunakan.
Terbiasa memperoleh dua sampai tiga pekerjaan seminggu. Kini, bahkan sampai satu minggu pun tidak ada panggilan. Sehingga, terpaksa pulang dengan tangan kosong.
“Biasanya panggilan perumahan, tapi sudah jarang. Semenjak Pandemi Covid-19 juga jadi sedikit sekali. Biasanya seminggu itu ada 1 atau 2. Tapi sekarang kadang ga sama sekali dan pulang,” celotehnya.
Kalaupun ada pekerjaan, sambungnya tak semua personelnya dapat ikut serta. Sebab, mengikuti permintaan dan kebutuhan klien. Sunarto juga mengatakan, dirinya memasang tarif minimal sebesar Rp.200.000 sekali kerja.
“Kalau ga begitu besar (pekerjaan) paling 3 atau 4 orang. Tergantung kerjaannya. Kalau besar juga itu bisa seharian atau setengah hari. Dengan bayaran minimal Rp.200.000,”ujar Sunarto.
Akan tetapi, dibanding memperoleh pekerjaan, Sunarto dan rekan lainnya. Lebih sering pulang dengan tangan hampa. Tidak hanya itu, ban sepeda ontel lawas yang mereka tunggangi. Kerap alami bocor atau bahkan pecah. Sehingga, mau tak mau harus berjalan kaki sampai rumah.
“Kalau nggak dapet pulang. Kalau ban pecah ya jalan kaki. Mau nggak mau biasanya satu jam setengah, jadi dua kali lipat,” tuturnya.
Sementara pria lainnya, yang terlihat lebih berumur dibanding Sunarto yaitu Nendra. Pria lansia ini telah menginjak usia 69 tahun pun menyampaikan yang serupa. Meski begitu, dirinya bersyukur sampai hari ini masih diberi kesehatan. Tapi, ketika sakit menyerang dirinya. Mau tak mau meliburkan diri selama beberapa hari.
“Sudah sejak usia 25 tahun saya. Tapi alhamdulilkah sehat terus. Kalau sakit ya rehat dulu,” ujarnya.
Bukannya tak mau usaha baik Nendra dan Sunarto. Tak miliki modal untuk hal tersebut. Sebab, penghasilan dari jasa pikul saja sangat kurang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Makanya, hp pun untuk mempermudah pemesanan jasa pekerjaan Nendra dan yang lainnya pun tak punya.
“Ga ada modalnya mau usaha. Kita juga nggak ada yang punya hp. Makanya nongkrong disini. Biar orang gampang nyarinya,”jelasnya.
Terbiasa membawa perlengkapan pekerjaan seperti pacul, blencong, pikulan dari bambu, dan parang. Keduanya mengaku barang-barang ini selalu dan pasti dibawa meski cukup berat.
“Pasti dibawa, cukup berat tapi ya perlu dan lama-lama terbiasa,” celetuk Nendra.
Adapun harapan bagi para jasa tukang pikul gowes ini, diantaranya ada sedikit perhatian khusus dari pemerintah, mengingat usia mereka tak lagi muda.
Bukan hanya pelatihan, melainkan hal lainnya yang dapat membuat mereka lebih produktif. (Sarrah)
Discussion about this post