KAB. CIREBON, (FC).- Jelang Hari Raya Iduladha, membawa keberkahan tersendiri bagi para pengrajin tusuk sate atau sujen. Salah satunya, pengrajin sujen asal Blok Krandon, Desa Karangsari Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon, Udi.
Udi menuturkan, sejak adanya wabah virus Corona dari tahun 2020 lalu, usahanya (tusuk sate,-red) sepi dari pembeli. Ia mengaku tahun ini usahanya mulai menggeliat lagi.
“Tahun-tahun lalu sepi, karena ada corona. Alhamdulilah sekarang banyak pesenan (mrema) dari satu bulan sebelum lebaran. Ada 100-300 pesenan,” ujar Udi, Sabtu (9/7).
Ia menjelaskan, untuk pembuatan tusuk sate sendiri, bahan bakunya tidak sembarangan bambunya. Ada dua jenis bambu yang tidak bisa digunakan untuk membuat sujen.
“Yang tidak bisa dibuat sujen itu, bambu tali dan bambu betung, soalnya gampang patah pas dipotong kecil. Dan yang bagus itu pakai bambu kasab bonggol,” imbuhnya.
Dirinya menjelaskan, biasanya satu ikat sujen berisi 130 sampai 150 tusuk. Dan pembuatannya membutuhkan waktu paling lama tiga hari, dimulai dari pemotongan, penjemuran, dan pengosokan bambu.
“Dijualnya itu per ikat. Sekarang mah udah pada naik harganya, biasanya Rp2.500, nah ini mau lebaran paling Rp,3000 per ikat,” pungkasnya.
Usaha tusuk gigi yang digeluti Udi ternyata sudah berjalan secara turun temurun, yaitu pewaris dari orang tuanya. (Caca/Ahmad/Job/FC)
Discussion about this post