MAJALENGKA, (FC).- Jejak kelam masa penjajahan Belanda dan Jepang masih bisa dilihat di Kabupaten Majalengka. Gua Jepang adalah saksi bisu peninggalan penjajahan yang masih berdiri kokoh. Gua tersebut berada di Jalan Raya KH Abdul Halim, Kelurahan Tonjong, Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka, tepatnya di samping Makodim 0617/Majalengka. Gua ini dibangun jaman penjajahan Belanda dan banyak difungsikan jaman penjajahan Jepang.
“Bungker ini dibangun jaman Belanda. Dan saat Jepang datang, bungker ini diambil alih, lalu dinamakan lah gua Jepang,” kata penikmat sejarah sekaligus Ketua Gruop Madjalengka Baheula (Grumala), Nana Rohmana, Rabu (2/8).
Naro biasa disapa mengatakan, masa penjajahan Belanda, gua ini sejatinya adalah bungker untuk mengintai warga Majalengka. Namun pada masa penjajahan Jepang, gua ini banyak dialih fungsikan.
“Jaman Belanda bungker ini dijadikan tempat untuk memantau warga Majalengka. Karena dulu ada pergerakan dari warga Panyindangan, Cieurih, Maja yang menyatakan lepas dari pemerintah Kolonial Belanda,” jelas dia.
Lalu tahun 1942 Mabes Marsose diduduki Jepang. Oleh tentara Jepang bungker ini digunakan untuk pos pantau, ruang tahanan dan penyiksaan, ruang untuk mengatur strategi, sehingga sampai sekarang lebih dikenal dengan sebutan gua Jepang.
Disinggung tahun pembuatan gua tersebut, Naro belum mengetahui secara pasti. Namun berdasarkan penuturan, kata Naro, gua itu dibangun bersamaan dengan pembangunan markas tentara Belanda, yang kini dijadikan sebagai Mako Kodim 0617/Majalengka.
“Tahun 1923 pemerintah Kolonial Belanda membangun markas besar (Mabes) Marsose Belanda di Tonjong, yang kini menjadi Mako Kodim 0617. Latar belakangnya saat itu, karena di Majalengka sering terjadi pergerakan buruh buruh pabrik di Jatiwangi dan Kadipaten, adanya wabah penyakit Pess, dan pergerakan orang-orang Panyindangan Cieurih Maja yang menyatakan lepas dari pemerintah Kolonial Belanda itu,” papar Naro.
Sementara itu, di gua Jepang ada 4 pintu masuk yang terbuat dari besi tebal. 4 pintu gua ini memiliki ukuran yang sama, yakni lebar sekitar 3 meter dan tinggi 2 meter. Dua pintu pada gua ini saling terhubung dalam satu ruangan.
Pantauan di lokasi, kondisi gua ini nampak sangat miris. Pasalnya, gua ini menjadi sasaran aksi vandalisme.
Sebanyak 4 gua yang berada di sana nampak dipenuhi tulisan kurang enak dipandang. Coretan tangan-tangan jahil itu mengotori bagian pintu dan dinding gua tersebut.
Beberapa tulisan yang mengotori area gua Jepang itu terlihat kurang jelas maksud dan tujuannya. Namun, di sana juga terlihat gambar mural yang menampilkan logo tim sepakbola kebanggaan warga Jabar.
Terpisah, Kadis Parbud Majalengka Ida Heriyani menyayangkan aksi vandalisme tersebut. Ia meminta kepada masyarakat agar bisa menjaga nilai-nilai sejarah yang ada di Majalengka.
“Kami sangat menyayangkan ketika ada tindakan-tindakan dari pihak yang tidak bertanggungjawab dengan aksi vandalisme itu sangat disayangkan. Kita harus bisa melindungi, mengembangkan dan memanfaatkan. Minimal kalau belum bisa melakukan itu, tolong jangan sampai melakukan tindakan-tindakan yang bisa merugikan,” ujar Ida saat dihubungi.
Dalam waktu dekat, kata Ida yang pernah menjabat Camat Ligung, pihaknya segera membersihkan coretan-coretan tersebut. Tak hanya itu, pihaknya juga akan memikirkan jangka menengah dan panjang untuk pemanfaatan gua tersebut.
“Jangka pendeknya membersihkan, jangka panjangnya kita pikirkan konsep pengembangan kedepannya seperti apa gitu. Kita sudah berkoordinasi dengan beberapa teman, termasuk dengan pecinta sejarah, budaya, relawan. Saya belum tentukan waktunya, secepatnya Gua Jepang yang penuh coretan akan segera kita bersihkan,” pungkas Kadis Ida. (Munadi)
Discussion about this post