KOTA CIREBON (FC).- Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Swadaya Gunung Jati (UGJ) Cirebon menggelar ‘Cirebon International Symposium’ yang bertajuk Update On Non Communicable Diseases Global Respective on Health Challenges and Innovation, di Ballroom lantai 7 FK UGJ, Jalan Terusan Pemuda, Kesambi, Sabtu (31/8).
Dekan FK UGJ Cirebon, Dr, dr. H. Catur Setiya Sulistiyana, M.Med. Ed mengatakan, kegiatan ini merupakan seminar internasional yang di dalamnya, baik peserta maupun pematerinya berasal dari sejumlah negara yang memang sudah bekerja sama dengan FK UGJ.
Materi yang dibahas dalam seminar ini, kata dr Catur, terkait penyakit tidak menular. Mulai dari pencegahan, penanganan hingga pengobatannya.
Menurut dr Catur, penyakit tidak menular mulai banyak dan kurang mendapat perhatian dari pemerintah.
“Kami dari FK yang berada di Cirebon, berusaha untuk bagaimana cara meningkatkan kesadaran masyarakat dan mengedukasi agar paham bahayanya penyakit tidak menular,” ucap dr Catur.
“Seperti, diabetes, kanker itu tidak menular tetapi sangat banyak di Indonesia, harapannya kami bisa membantu dalam upaya pemberian edukasi atau tentunya dalam pengobatannya,” imbuh dr Catur.
Dalam kesempatan yang sama, Rektor UGJ Cirebon, Prof. Dr. Ir. H. Achmad Faqih SP MM mengatakan, Seminar internasional ini di bidang kesehatan yang temanya bagaimana menangani penyakit tidak menular.
“Penyakit tidak menular ini dialami penduduk hampir seluruh negara, khususnya negara berkembang yang tingkat kematiannya sangat tinggi,” ucap Rektor.
Dikatakanya lebih lanjut, tingkat kematian dari penyakit tidak menular ini mencapai 70 persen diantaranya penyakit jantung, kanker, diabetes dan juga penyakit pernafasan kronis.
“Penyelenggaraan kegiatan ini sangat tepat, karena ini tanggung jawab bersama antara pemerintah pemberi kebijakan, pakar, akademisi dan para stakeholder dalam bidang pembangunan bidang kesehatan,” ungkap Rektor.
Kegiatan ini, lanjutnya, berkolaborasi dengan kampus yang ada di luar negeri seperti, Malaysia, Taiwan, Thailand, Kanada, Prancis dan Australia.
“Ini sangat baik, karena kami berkolaborasi berupa berbagi ide dan masukan dalam rangka penanganan serta inovasi di bidang kesehatan. Khususnya penyakit tidak menular ini,” ucap Rektor. (Agus)