KOTA CIREBON, (FC).- Botol bekas mineral yang biasanya oleh masyarakat dibuang begitu saja, ternyata bisa menghasilkan cuan.
Sampah botol bekas itu bisa ditukarkan dan dikonversi dengan Saldo E-Walet atau Dompet Digital
Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Cirebon mengenalkan program tukar botol bekas dengan saldo e-walet ini dalam sebuah workshop pada rangkaian acara Ciayumajakuning Entrepeneur Festival (CEF) 2022.
Workshop yang mengangkat tema tentang Green Entrepreneur dan Green Lifestyle itu menghadirkan narasumber dari PlasticPay.
“Pada CEF 2022 ini kami menghadirkan salah satu lembaga sosial yang bernama PlasticPay. Ini adalah gerakan sosial berbasis platform digital yang mengajak masyarakat untuk mengubah sampah plastik menjadi produk bernilai tambah,” kata Hestu.
Hestu nenyampaikan hal tersebut dalam sambutan opening ceremony CEF 2022 di Grage Mall, Jumat (28/10), yang juga disiarkan langsung live streaming dari kanal Youtube Bank Indonesia Cirebon, seperti dikutip oleh FC pada Sabtu (29/10)
Dalam sambutannya, Hestu menjelaskan tentang bagaimana cara kerja penukaran sampah botol tersebut pada peralatan mesin sampai dengan menghasilkan saldo e-walet.
“Alatnya seperti mesin, dimana dapat mendeteksi setiap botol minuman air mineral bekas apabila dimasukan ke dalam mesin tersebut akan mendeteksi dan memberikan nilai berapa harga dari botol mineral bekas tadi, yang nanti akan menambah saldo dari e-walet atau dompet digital,” jelas Hestu.
BI Cirebon mencoba menginisiasi tentang bagaimana merubah sikap, merubah habit dan juga merubah lifestyle bahwa sekarang yang namanya sampah, khususnya sampah bekas botol mineral yang selama ini dibuang sembarangan, ternyata memiliki harga dan memiliki nilai.
“Disamping juga kami ingin memberikan satu sikap membiasakan pola hidup masyarakat bahwa sampah harus dibuang pada tempatnya, dan ternyata sampah juga memiliki nilai yang akan menambah dan mentop-up saldo akun dompet digital bapak ibu sekalian,” ujar Hestu dalam sambutannya dihadapan para undangan pembukaan CEF 2022.
Dari paparan Hestu, inti pesan yang ingin disampaikan BI Cirebon sebetulnya bukan dari sisi bagaimana sampah itu berubah menjadi uang, namun lebih dari itu ingin nenekankan bagaimana membiasakan sikap perilaku masyarakat agar membuang sampah pada tempatnya.
“Masyarakat diharapkan memiliki kesadaran akan pentingnya pelestarian lingkungan, terutama barang-barang bekas yang kita sebut dengan ekonomi recycle atau ekonomi terbarukan,” pungkas Hestu.
Hestu meminta dukungan semua pihak termasuk pemerintah daerah untuk bersama-sama menginisiasi penerapan green ekonomy dan perilaku lifestyle ini di Cirebon dan sekitarnya.
“PlasticPay ini bukan hanya mengumpulkan botol tapi sudah membentuk satu ekosistem, dimana sampah plastik yang terkunpul akan dikonversi kemudian bisa diproduksi daur ulang menjadi produk-produk bantal, boneka, tempat tidur, karpet, furniture, interior, dan berbagai produk lain yang memiliki nilai ekonomis,” ujar Hestu.
Sebagai gambaran informasi, dijelaskan Hestu, berdasarkan indeks ekonomi (Green Economy Index) yang diluncurkan pada Agustus 2020 lalu, ekonomi hijau dapat meningkatkan perekonomian Indonesia dengan pertumbuhan PDB sebesar 6,1 sampai 6,5 persen.
Juga dapat menciptakan tenaga kerja tanbahan sebesar 1,8 juta tenaga kerja di sektor ini pada tahun 2030.
“Ini adalah salah satu upaya kita dalam rangka bagaimana di tengah-tengah pemulihan ekonomi, dengan prinsip-prinsip ekonomi hijau mudah-mudahan dapat membantu mendorong percepat pemulihan ekonomi,” tutupnya. (Andriyana)
Discussion about this post