KOTA CIREBON, (FC).- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Cirebon merilis data terbaru mengenai kejadian bencana sepanjang Januari hingga November 2024.
Tercatat total 133 kejadian yang melibatkan berbagai jenis bencana, seperti pohon tumbang, kebakaran lahan, cuaca ekstrem, hingga gempa bumi. Angka ini menunjukkan tingginya kerentanan wilayah terhadap risiko bencana alam maupun non-alam.
Dari total kejadian, pohon tumbang menjadi jenis bencana yang paling sering terjadi dengan 47 kejadian. Disusul kebakaran lahan sebanyak 27 kejadian, cuaca ekstrem 15 kejadian, dan rumah ambruk 20 kejadian.
Kepala Pelaksana BPBD Kota Cirebon, Andi Wibowo menjelaskan, fenomena cuaca ekstrem sering kali menjadi pemicu utama beberapa jenis bencana, termasuk pohon tumbang dan kerusakan bangunan.
“Kami terus berupaya meningkatkan mitigasi bencana agar dampaknya dapat diminimalkan,” ujar Andi, Kamis (19/12).
Berdasarkan grafik bulanan, kata Andi, kejadian bencana paling banyak pada Februari dengan 23 kasus, sementara pada Juli mencatat angka terendah dengan 2 kasus.
“Lonjakan signifikan kembali terlihat pada bulan Oktober dengan 17 kejadian. Pola ini menunjukkan perubahan musim dan intensitas cuaca ekstrem memiliki korelasi kuat dengan meningkatnya jumlah bencana,” terangnya.
BPBD Kota Cirebon memprioritaskan penanganan cepat terhadap kejadian yang berdampak langsung pada masyarakat, seperti banjir, gempa bumi, dan tanah longsor.
Tercatat, ada 7 kejadian banjir dan 5 kejadian gempa bumi sepanjang tahun ini. Selain itu, tanah longsor di pinggiran sungai juga menjadi perhatian serius dengan 4 kejadian yang berpotensi mengancam pemukiman warga.
Selain menangani dampak bencana, lanjut Andi, BPBD juga mencatat 4 operasi pencarian dan pertolongan selama tahun 2024. Operasi ini melibatkan koordinasi dengan berbagai instansi terkait, termasuk TNI, Polri, dan relawan setempat.
“Kerja sama lintas sektor sangat penting dalam memastikan keselamatan warga terdampak bencana,” tambah Andi.
Masih kata Andi, kejadian kekeringan tercatat hanya 1 kasus, sementara banjir rob terjadi sebanyak 2 kali di kawasan pesisir. Meski jumlahnya relatif kecil dibandingkan jenis bencana lain, dampaknya cukup signifikan terhadap aktivitas ekonomi warga.
BPBD Kota Cirebon juga mulai menggalakkan program mitigasi berbasis komunitas, relawan dan elemen masyarakat untuk meningkatkan kesiapsiagaan. Program ini mencakup pelatihan evakuasi, pengelolaan risiko bencana, dan simulasi tanggap darurat.
“Partisipasi masyarakat menjadi kunci dalam menghadapi berbagai ancaman bencana,” kata Andi.
Memasuki tahun 2025, imbuh Andi, BPBD Kota Cirebon berkomitmen untuk terus meningkatkan efektivitas mitigasi dan penanganan bencana. Tantangan yang dihadapi mencakup perubahan iklim yang semakin ekstrem dan urbanisasi yang berpotensi meningkatkan risiko bencana.
Andi juga mengingatkan, memasuki periode musim penghujan, sejumlah wilayah di provinsi Jawa Barat, khususnya di Kota Cirebon memiliki potensi terjadinya banjir.
“Pada Desember 2024, BMKG merilis potensi banjir di Kota Cirebon yang berada di tingkat menengah untuk sebagian wilayah Kecamatan Harjamukti, serta tingkat rendah untuk Kecamatan Kejaksan, Kecamatan Kesambi, Kecamatan Lemahwungkuk, Kecamatan Pekalipan, dan sebagian wilayah lainnya di Kecamatan Harjamukti,” terangnya.
Guna meningkatkan kesiapsiagaan dan kewaspadaan saat musim penghujan, bila ada kejadian darurat bisa menghubungi BPBD Kota Cirebon melalui 0811-227-117 atau 112 Cirebon Siaga. (Agus)
Discussion about this post