MAJALENGKA,(FC). – Sebanyak 12.205 Keluarga Penerima Manfaat Program Keluarga Harapan (KPM PKH) di kabupaten Majalengka telah tergraduasi atau keluar dari kepesertaan PKH, baik secara mandiri maupun alamiah. Sementara tahap I tahun 2021 ini masih ada sekitar 70.054 KPM PKH aktif.
Koordinator PKH Kabupaten Majalengka Rahmat Sugianto menyebutkan, Graduasi mandiri sejahtera merupakan output yang sangat jelas dari keberhasilan PKH.
Pasalnya graduasi mandiri sejahtera adalah keluarnya kepesertaan Keluarga Penerima Manfaat (KPM) secara sadar dan sukarela karena merasa keluarganya sudah tidak layak mendapat bantuan PKH lagi.
“Sampai saat ini, telah terdata 12.205 KPM PKH Majalengka graduasi. Jumlah tersebut terdiri dari 2.658 graduasi mandiri, dan 9.547 lainnya graduasi alamiah,”ungkap Rahmat Sugiyanto, kamis (21/1).
Dia menjelaskan, keberadaan PKH merupakan program utama dan nasional yang mempunyai dampak langsung dan signifikan terhadap pengurangan kemiskinan dan kesenjangan. Tak terkecuali di kabupaten Majalengka.
Dia melanjutkan, PKH menjadi episentrum program-program penanggulangan kemiskinan secara terintegrasi dan komplementaritas dengan Rastra Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT), KIS, KIP, Subsidi listrik, Subsidi LPG 3 Kilogram, Rutilahu, Sertifikasi Kepemilikan Tanah, dan Bansos Pemda dan lainnya.
Seiring dengan pemerataan ekonomi, pendampingan KPM PKH secara masif digelar melalui Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2).
Menurut Rahmat, tujuan P2K2 adalah merubah pola pikir KPM dengan harapan dapat merubah perilaku KPM itu sendiri. Perubahan pola pikir KPM diharapkan dapat mengangkat KPM dari kemiskinan.
Dengan P2K2, edukasi yang diberikan pendamping terhadap KPM PKH tentang pentingnya pendidikan dan kesehatan, pengelolan keuangan keluarga, cara mengasuh anak, perlindungan anak dan lain sebagainya.
Disamping motifasi untuk sukarela mundur dari kepesertaan PKH apabila KPM sudah mengalami perubahan sosial ekonomi.
“Peran penting pendamping juga mendorong banyaknya graduasi mandiri sehingga memberikan kesempatan kepada warga yang masih menanti di luar sana yang belum mendapatkan bantuan apapun. Kami tidak henti hentinya memberikan edukasi dan penguatan melalui P2K2 atau dikenal dengan sekolahnya PKH, yang sebulan sekali dilaksanakan dalam setiap pertemuan kelompok sebagai upaya percepatan kesejahteraan KPM,” jelasnya.
Bahkan, pihaknya terus melaksanakan kegiatan pertemuan kelompok di berbagai wilayah di Majalengka guna mensisialisasikan graduasi mandiri melalui Metoda Partisipasi Assement (MPA).
“MPA ini menjadi salah satu teknik yang dapat digunakan untuk melibatkan KPM dalam menentukan ukuran tingkat kesejahteraan mereka sendiri,” jelasnya.
Karenanya dengan teknik MPA ini, KPM di beri ruang untuk mendefinisikannya sendiri kriteria keluarga yang layak mendapatkan PKH dan yang tidak layak mendapatkan PKH.
Selain itu juga diberikan pembelajaran dan penyadaran kepada KPM untuk menilai tingkat kesejahteraannya sendiri, apakah masih layak mendapat bantuan PKH atau tidak dengan menentukan karakteristik kriteria kaya atau miskin (Keluarga Pra Sejahtera).
Dia berharap, dengan banyaknya KPM yang mengundurkan diri menjadi motivasi dan inspirasi bagi KPM yang sudah berubah ekonomi dan sosialnya.
Jika selama ini mengukur kemiskinan didasarkan pada beberapa indikator para ahli atau orang di luar masyarakat.
Sementara itu, salah seorang pendamping PKH, Irvan Zidni Ramdani telah mengraduasi KPM di dua desa di kecamatan Cingambul yaitu desa Muktisari dan desa Kondang Mekar sebanyak 60 orang.
Bukan hal instan pendamping dapat mengraduasi sebanyak 60 orang dalam sehari tersebut melainkan melalui beberapa proses tahapan yang dilakukan pendamping.
“Salah satunya dengan cara pendekatan emosional secara personal guna menyadarkan KPM yang sudah sejahtera,” imbuhnya. (Munadi)
Discussion about this post