KAB. CIREBON, (FC).- Masyarakat Desa Gunungsari, Kecamatan Waled, Kabupaten Cirebon sudah sangat jenuh menghadapi banjir langganan yang datang setiap musim hujan, beberapa penanganan pihak terkait belum bisa menyelesaikan masalah banjir dan bahkan justru membuat kedalaman banjir bertambah.
Anggota BPD Gunungsari Muhtoni mengungkapkan, banjir yang diakibatkan meluapnya air dari sungai Ciberes ke pemukiman warga di Desa Gunungsari dan sekitarnya merupakan banjir rutin yang terjadi setiap tahun saat musim hujan tiba, berbagai harapan dan permohonan warga agar tidak ada lagi banjir dengan adanya upaya pemerintah untuk melalukan penanganan banjir sudah berkali-kali belum juga bisa menyelesaikan.
Hal itu membuat masyarakat sudah merasa melebihi kata jenuh dalam menghadapi banjir, masyarakat hanya bisa pasrah dan bersiap diri mengantisipasi barang-barang yang ada di rumah mereka ketika hujan turun, karena ketika hujan turun akan berlannut air sungai Ciberes meluap dan langsung merendam rumah warga.
“Kalau dibilang bosen dan jenuh, mungkin sudah melebihi dari rasa itu, hingga seolah banjir menjadi tradisi tahunan yang buruk dan terjadi berkali-kali selama musim hujan, namun sampai sekarang tak pernah selesai,” ungkapnya kepada FC, Rabu (11/9).
Dijelaskan Muhtoni, pernah ada upaya dari pemerintah untuk mengantisipasi banjir, seperti melakukan normalisasi sungai, tetapi normalisasi yang dilakukan tidak secara menyeluruh hal itu membuat air sungai Ciberes masih tetap meluap ketika terjadi hujan besar ataupun ada air kiriman dari Kuningan.
Kemudian juga upaya lain adalah dengan membangun pintu air atau klep di anak sungai Ciberes, akan tetapi yang terjadi justru luapan air yang merendam rumah masyarakat menjadi terhambat mengalir. Hal itu membuat banjir langganan tiap tahun yang terjadi pada tahun kemarin merupakan banjir yang terbesar hingga mencapai kedalaman 170 cm yang sebelumnya belum pernah terjadi penyebabnya adalah karena air terhambat keluar karena terhalang klep tip pintu air, bahkan saat itu masyarakat berbondong-bondong akan membongkar paksa pintu air tersebut, namun ada larangan dari BBWS Cimancis karena hal itu merusak bangunan milik negara.
“Masyarakat berharap pintu air yang ada di anak sungai Ciberes ini harus dikaji ulang agar ada nilai manfaatnya, bukan sebaliknya bila perlu harus dibongkar, karena itu bukan solusi penanganan banjir di Desa Gunungsari ini,” harapnya.
Lanjut dijelaskan Muhtoni, untuk mengatasi permasalahan langganan banjir di Desa Gunungsari dan sekitarnya yang terjadi setiap musim hujan, pihaknya berharap ada konsultan yang turun ke wilayah Desa Gunungsari dan sekitarnya untuk melakukan penelitian dan kemudian mencari solusinya yang tepat penanganan apa yang harus dilakukan, agar Desa Gunungsari dan sekitarnya ini tidak menjadi daerah langganan banjir di masa mendatang.
Menurutnya penanganan banjir di Desa Gunungsari dan sekitarnya ini perlu ada rembug bareng beberapa instansi agar bisa merumuskan permasalahan dan solusinya yang tepat yang harus dilakukan, karena bila jalan sendiri-sendiri maka yang terjadi seperti beberapa penanganan yang pernah dilaksanakan walaupun ada upaya tetapi banjir masih tetap terjadi.
“Harus ada konsultan yang turun untuk mengamati permasalahan banjir yang ada di Desa Gunungsari dan sekitarnya, agar langkah apa yang harus dilakukan itu menjadi tepat sasaran,” harapnya.
Ditambahkannya, saking jenuh dan bosennya masyarakat menghadapi langganan banjir yang terjadi setiap musim hujan ini, sehubungan saat ini memasuki masa tahun politik maka masyarakat di sini berani melakukan kontrak politik dengan para Calon Kepala Daerah (Cakada) baik itu calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat maupun calon bupati dan wakil bupati Cirebon, siapa saja mereka yang berani melakukan kontrak politik dalam upaya menangani permasalahan banjir di Desa Gunungsari dan sekitarnya ini maka masyarakat siap bersepakat untuk melakukan kontrak politik untuk mendukungnya.
Hal itu semata-mata dilakukan lantaran setiap banjir terjadi para pejabat hanya datang dan memberikan rasa simpati dengan memberikan bantuan tanpa melakukan solusi penanganan banjirnya. “Saat ini masuk tahun politik, kami masyarakat siap melakukan kontrak politik kepada para calon yang siap memperjuangkan untuk menuntaskan permasalahan banjir di desa kami ini, hal ini kami lakukan karena kami sudah merasa jenuh menghadapi banjir yang terjadi selama berpuluh-puluh tahun ini tanpa ada solusi yang tepat,” tegas Muhtoni. (Nawawi)