KOTA MATARAM, (FC).- Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Cirebon bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) se-Ciayumajakuning mengunjungi salah satu Kelompok Wanita Tani (KWT) di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, Senin (12/9)
Kunjungan ini bertujuan untuk belajar bagaimana kiat-kiat keberhasilan KWT di Kelurahan Pagesangan Timur Kota Mataram ini meraih juara lomba Pekarangan Pangan Lestari (P2L) tingkat Kotta Mataram.
Turut hadir dalam rombongan TPID Ciayumajakuning yaitu Kepala Kantor Perwakilan BI Cirebon, Hestu Wibowo, Bupati Cirebon, Imron Rosyadi, Bupati Kuningan Acep Permana, Wakil Walikota Cirebon, Eti Herawati.
Juga Wakil Bupati Majalengka Tarsono D Mardiana, Sekda Indramayu Aep Surahman dan sejumlah kepala OPD dari pemerintah daerah di wilayah Ciayumajakuning.
KWT Pagesangan Timur dipilih menjadi lokasi studi banding TPID Ciayumajakuning karena dinilai berhasil menerapkan konsep kemandirian warga dalam memenuhi ketersediaan bahan pangan secara berkelanjutan.
Rombongan diterima oleh Camat Mataram, Lurah Pagesangan Timur, Penyuluh Pendamping dan seluruh anggota Kelompok Pekarangan Patuh Karya.
“Selamat datang di kota kami, terima kasih kepada Bapak dan Ibu dari TPID Ciayumajakuning yang berkenan mengunjungi tempat kami,” kata Camat Mataram dalam sambutannya, Selasa (11/9).
Rombongan dari Ciayumajakuning melihat langsung aneka jenis sayuran di kebun organik yang dikelola para ibu rumah tangga yang tergabung dalam KWT Kelompok Pangan Lestari Patuh Karya.
Camat Mataram menjelaskan, P2L adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh kelompok masyarakat yang secara bersama-sama mengusahakan lahan pekarangan sebagai sumber pangan secara berkelanjutan.
Program ini untuk meningkatkan ketersediaan aksesibilitas dan pemanfaatan serta pendapatan.
P2L adalah program ketahanan pangan mandiri yang hasilnya tak hanya mencukupi konsumsi rumah tangga, tetapi juga bisa memenuhi kebutuhan gizi di Posyandu setempat.
Program ketahanan pangan ini dilombakan antar Kelompok Wanita Tani (KWT) di Kota Mataram guna memotivasi masyarakat menanam sayur dengan memanfaatkan pekarangan rumah.
Pada Agustus 2023 telah dilakukan penilaian lomba P2L. Tim penilai P2L yang terdiri dari beberapa instansi diantaranya dari Litbang, Disprinkop, Bappeda, Dinas Pertanian, Dinas Ketahanan Pangan, Dinas Kesehatan, Dinas Perikanan, didampingi Kepala Kelurahan Ampenan Selatan dan kelompok anggota KWT Kenanga Dua.
Penyuluh pendamping, Vera Ulfaturrahman dalam sambutannya saat menerima kunjungan menjelaskan, selain dapat menekan inflasi, hasil budidaya sayuran organik ini bisa mencegah stunting.
Hasil budidaya sayuran kebun pekarangan itu juga bisa menambah pendapatan keluarga, sehingga dapat membantu mencegah terjadinya kemiskinan ekstrem.
Vera berbagi kiat strategi yang mendorong program P2L ini bisa dilaksanakan secara sustainable atau berkelanjutan.
Salah satu konsep yang diterapkan adalah membuat Awig-awig atau aturan adat kepada anggota KWT.
Anggota yang masuk dalam kelompok P2L ini wajib mengeluarkan iuran Rp2 ribu setiap bulannya. Bagi anggota yang tidak hadir dalam beberapa kali pertemuan, maka akan dikenakan sanksi denda.
Dengan pola ini, para anggota menjadi saling mempunya tanggungjawab dan punya rasa memiliki merawat kebun ppekarangan.
“Kecil banget iurannya, tapi bisa sustainable karena dia merasa memiliki, Insya Allah itu akan membuat mereka tetap berlanjut,” kata Vera.
Kelompok Pangan Lestari Patuh Karya membangun sikap gotong royong para anggota. Ini dilaksanakan setiap hari sesuai jadwal yang disepakati bersama.
“Kita di sini menerapkan pertanian organik. Kita menginginkan masyarakat Kota Mataram adalah masyarakat yang cinta kesehatan, sehingga tanaman yang kita konsumsi tentu tanaman yang sehat” ujar Vera.
Konsep lain yang juga diterapkan adalah penggunaan pupuk yang menggunakan pupuk organik hasil olahan limbah rumah tangga.
“Jadi dari dapur, kembali ke dapur untuk kebutuhan dapur,” kata Vera
Vera juga berbagi informasi mengenai sistem penanaman dan pengendalian hama penyakit pada tanaman sayuran pekarangan.
KWT ini juga mampu membuat pupuk organik memanfaatkan sayuran yang busuk melalui proses fermentasi.
Penerqpan konsep kemandirian warga dalam memenuhi ketersediaan bahan pangan sayuran ini sangat menginspirasi rombongan TPID Ciayumajakuning.
Bupati Kuningan, Acep Permana dalam sambutannya mewakili rombongan TPID Ciayumajakuning menyampaikan, selain bisa bersilaturahmi, dari kunjungan ini bisa menemukan sesuatu hal baru, yang bisa diterapkan daerah di Ciayumajakuning.
“Program yang sama juga ada di kabupaten kami. Tapi yang bisa kami serap dan bisa kami terapkan untuk lebih meningkatkan upaya dan daya kami yaitu aturan Awig-awig tadi,” kata Acep
Acep mengatakan akan menerapkan Awig-awig ini karena bisa mengoptimalkan pelaksanaan program dengan adanya penerapan aturan dan sanksi tersebut.
“Aturan Awig-awig ini sangat luar biasa, bisa memaksa karena ada sanksi. Kalau ada yang tidak datang, padahal dapat tugas, akan didenda,” ujar Acep.
Program ketahanan pangan semacam ini sebenarnya sudah ada di Kabupaten Kuningan, yaitu Program Bunda Menyapa atau singkatan dari Membangun Desa Menata Sumber Daya Ketahanan Pangan Keluarga.
Program ini sudah berjalan di semua desa. Hanya perlu follow-up lagi, karena satu kali panen, kadang tidak berlanjut. Nah di sini ada Pak Kadis kami ikut, saya minta itu harus diterapkan Awig-awignya,” jelasnya.
Acep mengaku mendapat masukan-masukan yang berharga dari kunjungan ini, di antaranya terkait pupuk organik dari hasil fermentasi sayuran yang dipaparkan penyuluh pendamping tadi.
“Tomat yang jatuh karena harga anjlok, kalau di Kuningan dimanfaatkan untuk makanaan sapi, biar sapinya gemuk dan sehat. Tapi kalau di sini ada yang difermentasi menjadi pupuk. Jadi dari alam, oleh alam, kembali ke alam. Ini juga bisa kita terapkan,” pungkas Acep.
Menurutnya, penggunaan pupuk organik penating dikembangkan dalam pertanian di tengah arus globalisasi dari banyaknya penyediaan makanan serba instan yang mengandung bahan-bahan kimia.
Dari semua pemaparan berharga yang didapat dari kunjungaan TPID Ciayumajakuning ini dapat menginspirasi dan dapat diterapkan oleh para pemegang kebijakan daerah yang ikut dalam kunjungan ini.
“Ini sesuatu hal yang bisa kita terapkan garis kebijakan. Alhamdulillah hari ini saya banyak menemukan sesuatu yang bisa diterapkan di daerah kami masing-masing,” kata Acep
Sekda Indramayu, Aep Surahman yang turut hadir dalam kunjungan ke KWT di Kota Mataram ini mengatakan hal yang sama
Menurut Aep, Indramayu sudah memiliki program ketahanan pangan keluarga yang dinamanan Puspa atau singkatan dari Pusat Pangan.
“Indramayu sudah membentuk program Puspa sejak tahun 2021. Artinya, tinggal dioptimalkan. Puspa ini dibentuk per desa, dimana kepala desa memberdayakan warganya untuk menanam bahan pokok seperti cabai, tomat dan lainnya untuk mencegah terjadinya inflasi,” jelas Aep.
Program Puspa ini juga dilombakan antar desa di Indramayu. Hanya saja, kata Aep, perlu optimalisasi agar program ketahanan pangan ini bisa berkelanjutan.
“Perlu optimalisasi, pengawasan dari tingkat kabupaten dan sinergitas yang perlu ddidorong oleh BI tentunya pendampingan, seperti kelompok masyarakat yang budidaya menanam cabe, tomat di Mataram tadi itu binaan BI,” tandas Aep kepada wartawan usai kunjungan
Sementara itu, di Kabupaten Cirebon, program Pekarangan Pangan Lestari (P2L) yang sudah ada di desa-desa akan dioptimalkan lagi di tahun anggaran 2023 ini.
Pada tahap pertama akan menjadikan 10 desa sebagai pilot project atau percontohan program Tancab (Tanam Cabai).
“Sepuluh KWT akan kita coba nanti dengan Bank Indonesia. Bank Indonesia sendiri akan mensuport kerjasama program ini,” kata Anthony. (Andriyana)
Discussion about this post