Haryeni pun menyampaikan, bila dalam pelatihan ini yang paling membuat dirinya makin semangat ketika ada pelatihan-pelatihan untuk memasak atau baking dan pelatihan untuk menghitung Harga Pokok Penjualan (HPP).
Juga, awalnya memang Haryeni sendiri mengaku ingin membuat brownies tape ketan, namun khawatir karena brownies sifatnya lembab dan basah, juga terlalu manis.
Maka, berdasarkan usulan dari kawan pelatihannya untuk membuat pie, akhirnya dibuatlah produk asli Cirebon yaitu Pie Tape Ketan dengan nama Tapia Bakung.
“Untuk merk itu dari inopac sama desain kemasannya,” tuturnya.
Untuk fasilitas lainnya pun dipermudah oleh Diperindag, seperti AKG, uji expired, dan lainnya. Saat ini Haryeni sedang menunggu izin halal yang masih dalam proses.
Sementara Haryeni menunggu sertifikat halal, saat ini dirinya pun sedang proses membangun dapur untuk mempermudah dirinya melakukan giat produksi.
Dikarenakan saat ini luas ruang dapur miliknya kurang memadai atau kurang luas untuk produksi masal. Terlebih semakin harinya pemesanan terus bertambah.
Meski, memang tak menentu akan tetapi perbulannya Haryeni terkadang mendapat omzet kotor sebesar 3-4 juta.
Tak dapat dipungkiri, kondisi pandemi membuat usahanya alot berkembang. Akan tetapi, bagi Haryeni saat-saat seperti inilah perlu dimanfaatkan untuk terus berinovasi dan berkembang.
Maka dari itu, Haryeni juga selalu berharap akan diselenggarakan pelatihan kembali bagi pelaku UMKM seperti dirinya sehingga, akan memunculkan ide baru kembali. (Sarrah/Job/FC)