Ditambahkan Mulyadi, akibat kondisi yang tetus merugi tersebut lebih dari 25 persen petani tebu beralih ke tanaman lain seperti jagung manis, pepaya dan lainnya. Sebagai petani, dirinya tidak ingin kejadian tersebut terus terulang.
Maka dirinya berharap kepada pemerintah untuk memberikan kebijakan subsidi suku bunga bank dan pupuk bersubsidi untuk mengurangi biaya produksi petani, agar para petani tebu masih tetap optimis untuk menanam tebu sehingga lahan tebu untuk kebutuhan produksi PG akan bisa tercukupi.
Menurutnya, idealnya untuk PG dengan kapasitas produksi sehari 3.000 ton maka untuk masa priduksi 120 hari dibutuhkan lahan areal pertanian sekitar 7.000-8.000 hektar. Namun saat ini untuk di Kabupaten Cirebon hanya tersisa sekitar 4.500 hektar.
“Per hektar lahan tebu dibutuhkan biaya operasional tanam hingga panen antar Rp20 juta- 25 juta. Kalau tanpa pupuk subsidi dan harus menanggung beban bunga bank komersil, maka laba tanam tebu para letani tebu habis untuk menutupi bunga bank,” jelasnya.
Sementara, Selly Andriyani Gantina mengungkapkan, perlu keseriusan pemerintah baik dari pemerintah pusat, provinsi juga pemkab Cirebon untuk dapat mewujudkan kembali kebutuhan tebu di Kabupaten Cirebon.
Ada beberapa poin yang diterima dari hasil dialog dengan para petani dan manajemen RNI 2. Diantaranya luasan lahan sebagai suplai pabrik, soal regulasi subsidi pupuk, soal KUR dan kebijakan impor yang merugikan petani tebu.
Discussion about this post