Petani di Kabupaten Cirebon kerap mendapakan masalah. Saat musim hujan, kelebihan air, hingga merendam tanaman akibat banjir. Saat kemarau kekurangan air. Menanggapi kondisi tersebut, Wakil Ketua Komisi II DPRD Kabupaten Cirebon, H. Khanafi berkomentar. Berikut tanya jawab dengan yang bersangkutan.
Untuk menangani persoalan petani di Kabupaten Cirebon harus seperti apa? Terutama Ketika sudah berhubungan dengan masalah air?
“Para petani kita memang kerap menghadapi masalah. Utamanya, ketika sudah berhubungan dengan masalah air. Musim hujan, kelebihan air sampai kebanjiran. Sebaliknya kemarau kekurangan, petani tidak bisa bercocok tanam. Karakter tanahnya, masih tadah hujan. Masih ketergantungan dengan hujan. Petani kita baru bisa menanam, manakala sudah memasuki musim hujan. Tapi itu tadi, sering terbentur masalah. Solusinya, harus di perbanyak embung di setiap wilayah. Agar saat musim hujan, air tidak langsung dialirkan ke laut, tapi ditampung dulu, dimasukkan kedalam embung – embung tersebut. Jadi saat musim tanam kedua, atau ketika sudah masuk musim kemarau, air dari embung itu, bisa dialirkan ke pesawahan petani. Mereka tetap bisa bercocok tanam, ” kata Khanafi.
Tapi yang terjadi, embung yang sudah ada saja, belum mampu menjawab persoalan di beberapa wilayah pertanian. Penyebabnya apa?
“Benar, kemarin saja saya dari Komisi II, sudah meninjau ke lokasi embung di Desa Sarwodadi Kecamatan Talun Kabupaten Cirebon. Di sana, mampu menampung air hingga 125 ribu meter kubik. Ekspetasi kita, air sebanyak itu, bisa memenuhi kebutuhan air untuk lahan pertanian di Kecamatan Talun. Tapi nyatanya, untuk kebutuhan air di pesawahan Desa Sarwodadi saja, tidak terpenuhi. Rupanya, penyebabnya itu terjadi kebocoran. Sehingga penyaluran dan penampungan air tidak maksimal. Jadi harus ada perbaikan. Untuk memperbaikinya, butuh banyak anggaran. Kalau bedasarkan kajian membutuhkan Rp 18 miliar. Bantuan saat ini baru 4 miliar. Kurangnya masih banyak,” katanya.
Lantas, ketika karakter tanahnya tadah hujan, kalau diperbanyak embung, apakah masih terjamin ketersediaan air. Sedangkan, Wilyah Kabupaten Cirebon, minim dengan sumber air. Untuk mensuplay nanti dari mana? “Karakter tanahnya yang bersifat tadah hujan, memang kerap kali mempersulit para petani saat musim kemarau. Untuk suplai air ke embung tidak bisa hanya mengandalkan ketika musim hujan. Kalau mau berdaya, harus didatangkan dari luar Kabupaten. Untuk wilayah kita, paling memungkinkan ya dari Kabupaten Kuningan. Itu perlu kerja sama. Harus ada izin. Tapi, minimalnya ketika banyak embung bisa menjawab atas kekuranganya air. Minimalnya, dari setiap embung itu bisa memenuhi kebutuhan air untuk satu kecamatan. Itu sudah hebat. Jadi solusinya perbanyak embung. Bikin managerial yang baik, untuk proses penyalurannya. Agar lebih maksimal,” katanya.*
Discussion about this post