KAB. CIREBON, (FC).- Vaksinasi Demam Berdarah Dengue (DBD) dinilai penting karena mengandung virus dengue yang telah dilemahkan, sehingga dapat merangsang sistem kekebalan tubuh untuk memproduksi antibodi.
Sayangnya, saat ini vaksin DBD masih berbayar sehingga hanya kalangan tertentu saja yang memanfaatkan vaksin tersebut.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon, dr Neneng Hasanah melalui Sub Koordinator Surveilans dan Imunisasi, Dendi Hamdi mengatakan, sebenarnya Dinas Kesehatan sendiri membutuhkan vaksin tersebut, mengingat Kabupaten Cirebon merupakan daerah endemis DBD.
Terlebih, kasus DBD tahun ini meningkat jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. “Kita butuh vaksin DBD karena kasusnya meningkat tahun ini,” kata Dendi, kemarin.
Ia mengatakan, vaksin DBD bermanfaat untuk mengurangi keparahan gejala DBD, mengurangi risiko terkena DBD hingga membantu mengendalikan penyebaran penyakit di masyarakat. “Kalau untuk memutus mata rantai DBD sih mudah, tapi yang susah itu mengubah perilaku warganya,” kata Dendi.
Menurut Dendi, vaksin DBD merupakan satu dari tiga pendekatan yang dilakukan Dinas Kesehatan dalam menekan angka kasus DBD di Kabupaten Cirebon.
Hanya saja, saat ini pelaksanaan vaksinasi DBD belum dicover oleh pemerintah. Sehingga, produsen vaksin tersebut masih menjual langsung dengan harga Rp500 sampai Rp800 ribu untuk satu dosis.
“Vaksin DBD itu harus dua dosis. Jika ada masyarakat yang butuh vaksin DBD kita bisa fasilitasi, harganya Rp500 sampai Rp800 ribu untuk satu dosis,” paparnya.
Sementara untuk pendekatan dengan menggunakan penyebaran nyamuk wolbachia, saat ini pihaknya masih menunggu hasil dari uji coba penyebaran nyamuk tersebut di Bandung.
Dimana, salah satu cara kerja bakteri wolbachia sendiri dapat menghambat replikasi virus dengue dalam tubuh nyamuk.
Sehingga nyamuk wolbachia dapat mengurangi penyebaran virus dengue. “Kalau pendekatan gerakan satu rumah satu jumantik, kita sudah berjalan,” terangnya.
Ia berharap, vaksin DBD dapat segera dicover oleh pemerintah untuk penanganan kasus DBD, khususnya di Kabupaten Cirebon.
“Karena kasusnya ada bahkan tahun ini meningkat, angka kematian juga ada. Artinya Kabupaten Cirebon ini endemis,” tukasnya.
Seperti diketahui, Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon mencatat kasus DBD tahun ini mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Sejak Januari sampai September 2024, jumlah kasus DBD di Kabupaten Cirebon mencapai 1486 kasus dengan 6 kasus meninggal dunia.
Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan kasus DBD di tahun 2023 yang berada di angka 728 kasus.
Sementara selama tahun 2023, yakni dari Januari sampai Desember, jumlah kasus DBD sebanyak 728 kasus dengan 5 kasus meninggal dunia.
Untuk mencegah terjadinya penyakit DBD, masyarakat diminta berperan menjaga kebersihan lingkungan masing-masing.
Pencegahan dini DBD harus dimulai dari masing-masing individu dengan menjaga kebersihan lingkungan masing-masing agar tidak ada jentik nyamuk. (Ghofar)
Discussion about this post