KAB.CIREBON, (FC).- Sejak bulan Januari hingga Juni 2025, sebanyak 21 warga Desa Sarabau, Kecamatan Plered, Kabupaten Cirebon terkena DBD.
Kuwu Desa Sarabau, Akmad Dandon menjelaskan, dari bulan Januari sampai dengan bulan Juni tahun 2025 ada sebanyak 21 warganya yang sudah terkena DBD, hal tersebut dikarenakan banyak faktor seperti salah satunya yaitu adanya perubahan iklim cuaca yang mana dari musim penghujan ke musim kemarau, bahkan cenderung tidak menentu.
“Kami pemerintah Desa Sarabau bersama dengan Puskesmas Pangakalan sudah mendatangi rumah keluarga yang terjangkit DBD tersebut, sekaligus memberikan edukasi kepada warga dan dalam waktu dekat akan melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) secara serentak di setiap RW Desa Sarabau,” ujar Dandon, Kamis (3/7).
Hal tersebut dilakukan, lanjut Dandon untuk memberantas sarang-sarang nyamuk di lingkungan, supaya tidak lagi terjadi kasus seperti ini di kemudian hari.
Penyebaran kasus DBD tersebut tersebar di empat RW, yang terbanyak yaitu ada di RW 04 ada 9 orang yang terjangkit DBD, RW 03 ada 5 orang, RW 05 Blok Babadan ada 4 orang dan di RW 01 Blok Weringin ada 3 orang yang terjangkit DBD.
“Kami pemerintah desa terus berupaya secara maksimal agar tidak terjadi kembali kasus DBD dan terus berkordinasi dengan Puskesmas Pangakalan serta Dinas Kesehatan,” pungkasnya.
Sementara itu Kepala Puskesmas Pangkalan Marsiti mengatakan, Demam Berdarah Dengue atau DBD itu disebabkan oleh virus dengue yang menggigit manusia, ditambah dengan adanya perubahan cuaca ini sangat berpengaruh, yang mana ketika musim hujan pasti ada genangan air, salah satunya bisa menimbulkan nyamuk dewasa berkembang biak kalau tidak segera dibersihkan.
“Kasus yang terjadi di Desa Sarabau pada tahun ini lumayan signifikan kenaikan kasusnya, yang mana pada tahun kemarin tidak ada alias zero kasus DBD, tahun sekarang sudah 21 kasus,” katanya.
Terkait fogging, pihaknya dari Puskesmas Pangkalan tidak bosan-bosannya memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat bahwa fogging itu bukan satu-satunya solusi untuk penanganan DBD, karena hanya membunuh nyamuk dewasanya saja.
“Lebih efektif dengan penanganan PSN dan 3M plus (menguras, mengubur dan mendaur barang-barang bekas) serta menjaga lingkungan agar tetap bersih,” pungkasnya.
Sementara salah satu warga yang enggan disebutkan namanya menyoroti persoalan jaminan kesehatan masyarakat yang hingga kini belum jelas kepastiannya. Ia mempertanyakan bagaimana nasib masyarakat kecil yang terkena DBD, jika butuh perawatan di rumah sakit. Sementara Kartu BPJSnya banyak yang sudah tidak aktif.
“Katanya, jaminan kesehatan Penerima Bantuan Iuran (PBI) di Kabupaten Cirebon sudah tidak ada. Lalu bagaimana nasib warga yang terkena DBD dan tidak mampu berobat?. Apa cuma dibiarkan saja, nunggu sembuh sendiri atau bagaimana,” katanya.
Dengan adanya kejadian tersebut, warga berharap kepada pemerintah daerah Kabupaten Cirebon supaya bergerak cepat sebelum situasi menjadi lebih buruk. Apalagi menurutnya, kesehatan adalah kebutuhan hidup dasar dan paling utama, yang dibutuhkan oleh semua masyarakat tanpa terkecuali. (Johan)
Discussion about this post