KAB. CIREBON, (FC).- Warga Dusun 02 Desa Pabedilan Kidul Kecamatan Pabedilan Kabupaten Cirebon Faizar Albahdi Maulana (4) penderita celebral palsy (CP) atau lumpuh otak, saat ini tengah membutuhkan pembiayaan yang tidak tercover BPJS.
Dalam waktu dekat, balita pasangan Maskanda dan Cartini ini, melakukan Electro Encephalo Graphy (EEG) dan pembelian sepatu AFO.
Ibu Faizar, Cartini saat ditemui FC di rumahnya, Selasa (1/11) menuturkan, anaknya memiliki gejala celebral palsy sejak lahir, dan mengalami masa parah ketika berusia 1 tahun dimana Faizar terlalu sering mengalami kejang hingga akhirnya muncul juga penyakit epilepsi.
Sebagai seorang ibu, Cartini saat itu hanya berupaya bagaimana caranya sang buah hati sembuh dari penyakit yang dideritanya dengan berobat menggunakan pelayanan umum. Dan Pemdes setempat membuatkan kartu BPJS.
“Dulu rumah ngontrak, suami juga kerja serabutan, tapi buat kesembuhan anak, kita sampai habis-habisan, sampai akhirnya desa membuatkan BPJS dan terbantu,”jelasnya.
Saat itu, dikatakan Cartini, penyakit yang dialami anaknya mendapatkan perhatian banyak pihak, Dinas Sosial Kabupaten Cirebon juga memberikan bantuan kursi roda dan warga secara gotongroyong melakukan swadaya membangunkan rumah sangat sederhana diatas tanah milik Dinas Pengairan.
“ Alhamdulillah anak kami kini sudah menjalani kontrol menggunakan BPJS, namun dari pihak medis menyarankan untuk dilakukan EEG, dimana biaya melakukan EEG tidak tercover oleh BPJS,” ucapnya lirih.
Cartini mengaku, biayanya diperkirakan sekitar Rp 1,5 juta untuk sekali melakukan EEG, dari keterangan medis bahwa EEG adalah untuk mendeteksi adanya gelombang aktivitas epilepsi yang terjadi pada anak-anak dengan CP.
“Suami saya hanya buruh serabutan berkali-kali mengumpulkan uang tak kunjung bisa karena selalu ada kebutuhan lain,” bebernya.
Selain kebutuhan untuk EEG yang belum terpenuhi hingga saat ini, dirinya juga membutuhkan sepatu AFO karena kondisi anaknya yang hingga saat ini belum bisa duduk dan berjalan. Sepatu AFO biasa digunakan oleh anak dengan cerebral palsy yang mengalami permasalahan pada sendi pergelangan kakinya.
“Kami menginginkan anak kami bisa sembuh bagaimanapun caranya, namun terbentur biaya yang tidak sanggup kami sediakan, saya ingin bantu suami cari tambahan, tapi tidak bisa karena Faizar tidak bisa ditinggalkan,”jelas Cartini.
Sementara itu, Kuwu Desa Pabedilan Kidul, Mas’ud menjelaskan, tetangga Cartini yang dulu merasa ikut prihatin sehingga bergotongroyong secara swadaya membangunkan rumah bilik diatas tanah milik Dinas Pengairan seadanya, terpenting bagaimana Cartini dan keluarga bisa tidur tidak kehujanan.
“ Pemdes juga membuatkan kartu BPJS untuk keperluan pengobatan anaknya, bahkan anaknya yang mengalami CP tersebut pernah mendapatkan bantuan kursi roda dan sembako dari Dinsos Kabupaten Cirebon,” ungkap Kuwu.
Terkait kondisi rumahnya, pemdes masih mencari tahu apakah ada keluarganya yang bisa menyediakan tanah, agar nantinya akan diajukan untuk Program Rutilahu, karena selama ini di tempati adalah tanah milik Dinas Pengairan.
“Kami ingin mengajukan untuk masuk Program Rutilahu, namun belum memiliki tanah, kami juga merasa prihatin, suaminya yang hanya buruh serabutan selalu disibukkan untuk pengobatan anaknya, sehingga belum memikirkan untuk memiliki rumah yang layak, nanti akan coba komunikasikan dengan keluarganya,”terangnya. (Nawawi)
Discussion about this post