KOTA CIREBON, (FC).- Kebakaran Tempat Pembuangan Akhir (TPA) atau Tempat Pengelolaan Kompos (TPK) Sarimukti, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat yang sudah berlangsung lebih dari sepekan.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyatakan langkah-langkah untuk pemadaman kebakaran TPA masih terus dilakukan.
Kini salah satu di antaranya bom air (water bombing) dan juga rekayasa cuaca degan bantuan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) hingga Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
“Water bombing dengan helikopter oleh Basarnas dan BNPB itu juga sedang berproses, untuk BMKG menunggu ada bibit-bibit awan yang sudah siap memindahkan rekayasa cuaca dari Banten ke Sarimukti,” Ridwan Kamil di Gedung Sate, Kota Bandung, Jumat (25/8).
Lebih lanjut, Ridwan Kamil mengatakan untuk penanganan di darat, dia sudah menginstruksikan kepada petugas pemadam kebakaran (damkar) dengan memberikan cairan kimia untuk mengantisipasi bahaya gas metan di bawah permukaan sampah.
“Di darat ada damkar yang airnya akan kita campur dengan cairan kimia karena kebakarannya, khusus ada gas metan yang memperparah,” kata dia.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Pemadam Kebakaran Republik Indonesia (Apkari) Jawa Barat Adam Nuridin menambahkan, pihaknya sudah menginstruksikan Anggota Apkari Jabar guna mengerahkan personil dan peralatan pemadam kebakaran ke TPA Sarimukti.
Disebutkan Adam, daerah yang mengirimkan personil dan unit water supply diantaranya, Kota Cirebon, Karawang, Kora/Kabupaten Bandung, Bogor, Purwakarta, Sumedang, Sukabumi, Garut, Kota Cimahi dan lainnya.
“Untuk Kota Cirebon sendiri, Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (DPKP) mengirim 1 regu terdiri dari 7 personil dan satu unit truk damkar, karena juga keterbatasan sarananya,” jelasnya, Minggu (27/8).
Adam yang juga menjabat Kepala DPKP (Damkar) Kota Cirebon ini menuturkan, luasan TPA Sarimukti yang terbakar mencapai 15 hektar. Dengan kedalaman sampah yang terbakar sekitar 100 meter.
“Jadi kita tidak hanya memadamkan api pada tumpukan sampah atas saja, melainkan harus sampai kedalam. Karena sampah yang terbakar sudah mencapai kedalaman 100 meter,” jelas Adam.
Jika melihat luasan wilayah dan tinggi atau tebalnya material sampah terbakar, yang dilakukan saat ini mungkin dipermukaan saja. Sedangkan bara api masih terus menyala, dan bukan tidak mungkin akan menimbulkan potensi ledakan karena tidak tahu sampah apa saja yang terkandung di dalamnya.
“Mungkin harus diurai dengan alat berat dulu sehingga tumpukan tidak terlalu tinggi. Ini bukan pekerjaan yg ringan, dan sangat membutuhkan waktu dan energi. Penguraian ini perlu untuk efektifitas kegiatan pemadaman yang dilakukan oleh teman2-teman damkar,” tandasnya. (Agus)
Discussion about this post