MAJALENGKA, (FC).- Sekelompok anak muda di Desa Bantarwaru Kecamatan Ligung Kabupaten Majalengka melestarikan tradisi membuat Apem. Tradisi ini rutin digelar setiap tahunnya oleh klangan ibu-ibu rumah tangga. Tujuannya untuk menolak bala sekaligus menjalin silaturahmi, juga permintaan maaf kepada sesepuh atau orangtua.
Hanya saja, sebagai bentuk edukasi kepada anak-anak muda milenial, anak-anak muda yang tergabung dalam Karang Taruna Tunas Bangsa Bantarwaru antusias mencoba sendiri dengan praktek langsung bersama para orangtua.
Salah seorang ibu rumah tangga, Yayah (48) mengatakan, proses pembuatan Apem sengaja melibatkan anak-anak sebagai upaya untuk mengedukasi. Tujuannya bukan hanya sebagai pembejalaran, namun sebagai bentuk penghormatan dan melestarikan tradisi yang nyaris punah.
“Sebetulnya pembuatan apem di bulan-bulan ini, khususnya bulan Shafar, itu sudah tradisi. nantinya Apem ini dibagikan kepada warga dan para orangtua.” ungkapnya, selasa (13/10).
Ibu rumah tangga lainnya, Tarinah mengatakan hal yang sama. Untuk membuatnya memang tidak sulit. Dibutuhkan bahan-bahan seperti Ragi, beras yang kemudian digiling menjadi tepung. Untuk selanjutnya dicampurkan dengan takaran air.
Baca Juga: Karang Taruna Desa Bantarwaru Ubah Limbah Kain Jadi Produk Berharga
“Kemudian dicetak dengan cara digoreng menggunakan wajan khusus. Bentuknya bulat seperti cetakan sorabi. Hanya saja lebih kecil, dan rasanya sedikit manis. Setelah jadi, ada saos dari campuran gula merah dengan kelapa,” ungkapnya.
Terpisah, Ketua Karang Taruna Tunas Bangsa Bantarwaru, Saifu mengatakan sisi positif proses pembuatan Apem bersama anak-anak muda ini, yakni sebagai upaya untuk mengedukasi dan menghormati tradisi Ngapem.
”Tergantung niatnya juga sih, tujuanya sebagai tolak bala, sebagai permintaan maaf kepda orangtua. Ini bentuk diplomasinya kan dengan membuat kueh apem, dan dibagikan kepada orang tua,” ungkapnya.
Iful biasa disapa menambahkan, pelajaran terbaiknya yakni agar anak-anak muda di Bantarwaru ini tetap melestarikan tradisi Ngapem.
“Tradisi Ngapem ini jangan sampai hilang. Ini penting untuk mereka sebagai pembelajaran sosial, tradisi, juga etika,” tandasnya. (Munadi)