KOTA CIREBON, (FC).- Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Cirebon menyoroti masalah kebocoran pendapatan asli daerah (PAD) dari berbagai sektor.
Realisasi pendapatan tahun 2022 tercatat hingga semester I, masih jauh dari target yang diharapkan. Atas dasar itu, DPRD meminta dinas teknis melakukan akselerasi pendapatan di semester II.
Anggota Komisi II Kota Cirebon, Agung Supirno menyampaikan, Badan Pengelolaan Keuangan dan Pendapatan Daerah (BPKPD) dan Dinas Perhubungan (Dishub) segera menyampaikan data potensi kebocoran pendapatan dari sektor pajak restoran dan retribusi parkir.
“Rekomendasi rapat selanjutnya, Dishub harus menyampaikan data kantung-kantung parkir di badan jalan. Pendapatannya berapa, potensinya berapa. BKD juga belum menyodorkan data, untuk diketahui penyebab merosotnya PAD,” katanya pada saat raker dengan Dishub dan BPKPD beberapa waktu lalu.
Sedangkan pada Rabu (13/7) kepada FC, Ketua Komisi I DPRD Kota Cirebon, Imam Yahya mempertanyakan kinerja jajaran Dishub dalam mengelola retribusi parkir di bahu jalan.
Dari target Rp 4,7 miliar, sampai semester pertama Tahun 2022 ternyata realisasinya baru Rp 1 miliar. Nilai ini jauh dari target, sementara waktu tinggal 6 bulan lagi. Idealnya, realisasi pada semester pertama sebesar Rp 2,3 miliar.
“Patut dipertanyakan kinerja jajaran Dishub. Bila ada masalah atau kendala di lapangan, harusnya pihak Dishub segera mengambil langkah-langkah strategis agar target bisa tercapai,” ujar Imam Yahya, yang juga Sekretaris DPC PDI Perjuangan Kota Cirebon ini.
Sementara berdasarkan wawancara dengan tiukang parkir atau juru parkir (Jukir) di Jalan Karanggetas Kota Cirebon, ternyata mempunyai penghasilan yang cukup besar.
Beberapa dari mereka yang bekerja di sepanjang jalan yang tiap jam sibuk penuh dengan kendaraan yang parkir, mengaku bisa mengantongi pendapatan Rp300 ribu perharinya.
Salah satunya Sidiq, yang mengaku bisa mendapat Rp250-300 ribu perhari dari memarkirkan kendaraan para pengunjung toko di sekitaran Jalan Karanggetas.
“Iya tidak tentu juga sih, kadang ramai kadang sepi, rata-rata kadang dapat Rp300 kadang Rp250 ribu,” ucap Sidiq, Rabu (13/7).
Menurut Sidiq, memarkir kendaraan di sekitar Jalan Karanggetas tersebut bergantian dengan juru parkir lain. Sedangkan Sidiq sendiri mendapatkan shift kerja mulai dari jam 9 pagi sampai jam 4 sore.
“Shift pertama dari jam 9 sampai jam 4 terus shift keduanya sampai malam,” imbuhnya.
Hal serupa disampaikan oleh Tris yang juga menjadi Jukir di area tersebut. Menurut Tris, penghasilan mereka tidak menentu tergantung intensitas pengunjung pertokoan di sepanjang jalan itu,
“Kadang-kadang ada rame ada sepi, paling ya Rp100-150 ribu bisa segitu,” tutur Tris.
Tris juga menambahkan, penghasilan tersebut belum dipotong setoran kepada Dishub dan pemilik lahan parkir.
“Penghasilan segitu juga masih harus setor-setor mas” tambah Tris.
Lebih lanjut, Tris juga mengatakan dalam memberikan jasa Jukir, dia tidak mematok harga seikhlasnya pemberian dari pelanggan.
“Sedikasihnya, kadang-kadang ada yang ngasih lima ratus gitu, mau ngomong ya takut orangnya marah jadi ya disyukurin aja” pungkasnya. (Agus/Gesang)
Discussion about this post