KAB. CIREBON, (FC).- Seperti tahun-tahun sebelumnya, satu pekan pasca puncak peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW atau yang biasa disebut pelal di Keraton Kasepuhan. Pelalan kembali digelar di Balong Tuk Pangeran Mancurjaya yang terletak di Desa Kertawinangun, Kecamatan Kedawung, Kabupaten Cirebon.
Bila biasanya, perayaan peringatan Maulid Nabi di Balong Tuk diramaikan oleh para pedaganag dadakan pasar malam dan arak-arakan. Karena dimasa pandemi Covid-19 ini, peringatan Pelalan hanya menggelar prosesi pengangkatan Kayu Perbatang yang berada di dasar Balon itu sendiri. Namun prosesi tersebut, tetap berjalan dengan penuh rasa Khidmat.
Perwakilan Tuan Rumah Peringatan Pelal Balong Tuk, Prabu Diaz mengatakan, prosesi pengangkatan Kayu Perbatang ini merupakan tradisi dari para leluhur yang sudah dilaksanakan sejak ratusan tahun yang lalu, juga telah dilakukan oleh para leluhur.
Untuk peringatan pada tahun ini, dilaksanakan dengan sangat sederhana mengingat himbauan dari pemerintah terkait dengan masa pandemi.
“Tradisi Pelal di Balong Tuk ini sudah dilakukan oleh para leluhur kami, dimana tradisi tersebut, sekaligus memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW,” kata Diaz kepada FC, Kamis (5/11).
Pria yang juga selaku Panglima Tinggi Laskar Agung Macan Ali ini menjelaskan, prosesi pengangkatan Kayu Perbatang ini dimulai dari pembacaan doa bersama, kemudian dilanjutkan dengan sambutan-sambutan, lalu mengumandangkan Adzan, dan Iqomah, baru kemudian kayu tersebut diangkat dari dasar Balong itu.
“Kayu Perbatang yang ada di dalam kolam mata air Tuk diangkat oleh 4 orang, yang dipimpin oleh Raden Heri. Lalu kemudian dibersihkan dan dibungkus kain kafan yang baru terus dilanjut dengan tawasulan,” ujar Diaz.
Masih dikatakan Diaz, bila biasanya Kayu Perbatang seusai dibacakan Doa dikembalikan pada Pukul 19.00 WIB (Ba’da Isha). Namun karena pada situasi pandemi Covid-19 dan atas dasar kesepakatan bersama serta tentunya seijin Juru Kunci Balong Tuk Pangeran Mancur Jaya yakni Pangeran Mas Suparja, Kayu Perbatang tersebut dikembalikan kedalam kolam tepat pada Pukul 10.00 WIB.
“Bila sesuai tradisi tahun-tahun sebelumnya, Kayu Perbatang itu dimasukan kembali kedalam kolam selepas Isha. Namun karena Covid-19 dan kesepakatan bersama, Kayu Perbatang dikembalikan saat itu juga,” tutur Diaz.
Diceritakan dalam sejarah, Balong Tuk tersebut sudah ada pada zaman sekitar abad ke-15. Saat itu, Cirebon sedang dilanda bencana kekeringan. Sehingga, raja pertama di Keraton Kasepuhan saat itu, yakni Mbah Kuwu Cirebon bertapa diatas kayu tersebut dan kemudian ditinggalkan oleh Mbah Kuwu Cirebon.
Pangeran Mancur Jaya saat itu diutus untuk mencari sumber mata air, tak hanya mencari sumber mata air, Pangeran Mancur Jaya juga mengembangkan ajaran Islam sampai ke pelosok-pelosok Cirebon.
Sesampainya Pangeran Mancur Jaya di Desa Tuk dimana desa tersebut merupakan tempat bertapanya Mbah Kuwu Cirebon yang dikenal juga dengan Pangeran Cakrabuana. Kemudian, berdasarkan petunjuk dari Allah SWT sebelum melaksanakan shalat dhuha, tiba-tiba keluar air dari sela-sela kayu tersebut.
Seolah mendapatkan bisikan, Pangeran Mancur memegang kayu tersebut dan ditancapkan ke tanah sambil diketuk-ketukkan ke tanah. ‘Tuk Tuk’, tiba-tiba keluarlah air yang banyak dari bawah tanah yang telah diketuk oleh kayu tersebut. Dan hingga saat ini menjadi Balong Tuk. (Muslimin/FC)
Discussion about this post