KAB. CIREBON, (FC).- Mahasiswa IPB University melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Kelurahan Sumber, Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon. Delapan mahasiswa mengadakan berbagai program strategis dalam rangka menurunkan angka stunting di Kelurahan Sumber, dengan mengusung tema, “Gerakan Sumber Sehat dan Produktif: Pencegahan dan Penanganan Stunting, serta Pemberdayaan UMKM”, berkolaborasi dengan pihak kelurahan, puskesmas, puskesos, posyandu, serta ketua RT/RW setempat.
Sejak diumumkan sebagai lokasi fokus penanganan stunting oleh Presiden Jokowi pada 2021 silam, Pemkab Cirebon telah berhasil menurunkan angka stunting secara signifikan hingga 17% pada 2023 lalu. Meski begitu, Pemkab Cirebon tetap lakukan upaya serius demi mencapai target nasional 14% di tahun 2024. Dilansir dari situs cirebon.go.id, Pj Bupati Cirebon, H Wahyu Mijaya menegaskan meski angka capaian Kabupaten Cirebon meningkat, tetapi harus tetap berupaya untuk menurunkan angka stunting sesuai dengan target nasional, yaitu 14% di tahun 2024.
Secara garis besar, upaya yang dilakukan para akademisi dari Bogor tersebut berfokus pada pencerdasan masyarakat akan berbagai aspek penting pada kasus stunting, mulai dari penyebab, bahayanya, hingga berbagai aspek pencegahannya.
“Beberapa program utama itu adalah BASMI (Bersih dan Sehat Mencegah Stunting). Seperti namanya, program BASMI berfokus pada faktor lingkungan penyebab stunting pada anak,” kata Koordinator Kelompok KKN IPB University, Rahfa Kusuma Pradja, Senin (29/7).
Kata dia, program BASMI dilakukan sebagai langkah preventif pencegahan stunting sebelum anak dilahirkan, guna menciptakan lingkungan yang sehat bagi si buah hati, khususnya dalam lingkup keluarga. Program tersebut berkolaborasi dengan Puskesos dan Puskesmas Sumber, kegiatan ini digabungkan dalam rangkaian program Puskesmas, yaitu Kelas Ibu Hamil.
“Alhamdulillah acara tersebut mendapat respon yang positif serta antusiasme baik dari pihak Puskesmas maupun peserta yang hadir,” kata Rahfa Kusuma Pradja.
Demi memberikan dampak yang berkelanjutan, pihaknya pun turut membuat X-Banner 10 poin PHBS yang kemudian diletakkan di lobi Puskesmas usai acara diselenggarakan. Tak hanya itu, mereka juga membuat E-Book untuk memperkaya informasi yang dapat diakses melalui kode QR yang tertera pada X-Banner tersebut, atau dengan mengakses langsung ipb.link//basmi pada kolom pencarian internet. “Dengan demikian, diharapkan masyarakat yang datang ke Puskesmas dapat memperoleh informasi penting terkait PHBS,” harapnya.
Kalau sebelumnya adalah penyuluhan pra-kelahiran anak, lanjut dia, Nutrikidz berfokus pada penyuluhan nutrisi bayi di bawah dua tahun. Pada acara ini, ibu-ibu dengan baduta diajak untuk memahami pentingnya pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI) yang sesuai dengan umur si bayi.
“Program ini dilakukan dengan edukasi dan pemberian booklet “Serba-Serbi MPASI” yang memuat prinsip-prinsip, tata cara, mitos dan fakta, serta beberapa resep MPASI yang sudah disesuaikan sesuai umur bayi di bawah dua tahun, lengkap dengan informasi gizi dari tiap menu nya,” kata Rahfa Kusuma Pradja.
“Dengan booklet tersebut diharapkan para peserta memiliki buku pegangan yang dapat dirujuk dan diterapkan dalam memahami dan membuat sendiri MPASI yang baik dan sehat bagi tumbuh kembang si buah hati. Selain itu, model contoh tekstur MPASI yang sesuai umur pun dikenalkan kepada para peserta acara tersebut,” imbuhnya.
Selain itu, program selanjutnya adalah BINTANG (Bunda Pintar, Anak Sehat Gemilang). Selain faktor lingkungan dan gizi, pola asuh orang tua pun dapat menjadi faktor tak langsung penyebab terjadinya stunting pada anak. Pasalnya, pencerdasan orang tua baduta terindikasi stunting terkait pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk memberikan pola asuh yang optimal guna mendukung tumbuh kembang anak sesuai usianya, merupakan tujuan dari program ini. Acara ini berkolaborasi program “1 Hari 1 Telur” yang diadakan oleh Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) Sumber dan Rumah Zakat.
Menurut Zahra, mahasiswa ilmu keluarga yang mengisi acara tersebut, pola asuh yang keliru dari orang tua dapat mempengaruhi mental dan nafsu makan sang anak, yang berpotensi berimbas pada kurangnya gizi anak. Selain pencerdasan dan pemberian telur, pada acara tersebut dilakukan pula pemberian snack pada anak serta leaflet mengenai pola asuh efektif sesuai tumbuh kembang anak.
Selain fokus utama dalam memberantas kasus stunting, para mahasiswa juga mengambil peran pada program pengembangan UMKM. Program GEMA (gerakan meningkatkan UMKM) menjalin mitra dengan Ibu Eri, warga RW 05 selaku pelaku UMKM dengan brand “Keripik Pisang NDA”, untuk mendampinginya dalam pengembangan desain produk, media promosi berupa lembar katalog yang menarik, penggunaan informasi nilai gizi, serta pembuatan banner UMKM. Selain itu, pencerdasan tentang E-Commerce pun dilakukan untuk peluang pengembangan dengan meninggalkan booklet panduan di tangan Ibu Eri, serta membantu meregistrasikan produknya pada Google Maps agar mudah dicari dan memperluas jangkauan konsumen.
“Selain keempat program besar tersebut, masih banyak lagi kegiatan lain yang mereka lakukan, seperti turut membantu kegiatan posyandu di 10 RW Kelurahan Sumber, ikut dalam tim survei program strategis “Jambanisasi” dari Kelurahan, hingga turut berbagi ilmu dengan anak-anak di RW 08 sekitar tempat tinggal mereka,” katanya.
Sebagai mahasiswa dari kampus pertanian, mereka juga turut mengenalkan aplikasi IPB Digitani kepada ketua kelompok tani Pakuwon di RW 09, sebuah aplikasi pusat informasi dan konsultasi terkait masalah-masalah pertanian, peternakan, hingga perikanan yang dirilis IPB beberapa tahun terakhir.
“Melalui beragam program yang diselenggarakan, diharapkan banyak perubahan baik yang terjadi di masyarakat Kelurahan Sumber, khususnya berupa percepatan penurunan angka stunting di lokasi tersebut. Semoga dengan hadirnya mahasiswa KKN IPB di Kelurahan Sumber, dapat membantu warga terkait pencegahan dini stunting pada anak. Diharapkan pula masyarakat dapat termotivasi untuk turut berperan aktif dalam menurunkan angka stunting dan mengambil langkah-langkah preventif sejak dini dimulai dari pribadi dan keluarganya masing-masing,” pungkas Rahfa. (Ghofar)
Discussion about this post