KAB. CIREBON, (FC).- Kerjasama Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Cirebon dengan Universitas Pancasila (UP) Jakarta yang sudah dimulai sejak awal September 2022, telah menuai progres yang signifikan. Seperti diketahui, selama tiga bulan para mahasiswa UP Jakarta telah memotivasi dan memberikan pelatihan kepada para perajin batik Ciwaringin serta membantu mengembangkan strategi promosi agar batik Ciwaringin lebih optimal.
Kabag Pemerintahan Setda Kabupaten Cirebon, Yadi Wikarsa mengatakan, progres signifikan dari kerjasama tersebut terlihat dalam hal penguatan produk batik Ciwaringin dan marketing digital. Menurut Yadi, dalam penguatan produk batik Ciwaringin, UP Jakarta berhasil melakukan penguatan pewarna alami batik Ciwaringin melalui ekstraksi pohon indigo dan kenjeran. Melalui ekstraksi dengan menggunakan bahan alami tersebut, Yadi meyakini kualitas warna batik Ciwaringin akan lebih bagus. “Insyaallah kualitas warna batik Ciwaringin akan lebih bagus lagi,” ujar Yadi Wikarsa.
Ketika produk dari pewarna alami tersebut kualitasnya dipandang lebih bagus, kata Yadi, maka Pemda harus menjadi guidance pemasarannya. Menurut Yadi, Camat setempat juga sudah mengusulkannya ke Pemda, termasuk mengusulkan keinginan para perajin perihal pengadaan galeri marketing batik Ciwaringin. “Mudah-mudahan ada gayung bersambut dari Pemda. Untuk lokasi rencana pengadaan galeri sendiri ada di sekitaran pengusaha batik itu,” kata Yadi.
Sementara, Ketua Matching Fund Universitas Pancasila, Rafrini Amyulianthy menyampaikan, salah satu cara pengembangan ekonomi desa dilakukan bukan hanya melalui pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) dan pemberdayaan masyarakat, tetapi juga melalui kerja sama dengan berbagai pihak, baik dengan desa lainnya dan badan usaha. “Kerja sama yang akan dilakukan tersebut diperlukan persamaan komitmen antara desa dengan mitra melalui suatu dokumen perjanjian kerja sama yang komprehensif,” kata Rafrini Amyulianthy.
Sebagai bagian dari potensi ekonomi nasional, kata dia, pengelolaan kewirausahaan dilakukan berdasarkan pendekatan manajemen komunal yang melibatkan peran negara serta masyarakat secara integratif. Pola integratif ini dapat dikembangkan melalui pembangunan ekonomi dan manajemen sumber daya berbasis masyarakat (community based economic development and resource management).
Menurutnya, peluang komersial dari pengelolaan kewirausahaan harus sejalan dengan pembangunan manusia, baik secara sosial, maupun ekonomi. Pengelolaan tersebut harus didasarkan pada pembangunan yang berkelanjutan atas Sumber Daya Alam (SDA) dan SDM.
Dalam konotasi pembangunan yang destruktif, pengelolaan kewirausahaan harus mampu menyeimbangkan keuntungan jangka pendek dan efek jangka panjang dari eksploitasi sumber daya alam bagi generasi mendatang. Ia menyebut, pengelolaan kewirausahaan harus dilakukan sejalan dengan prinsip pembangunan sosial dan karakter manusia Indonesia yang berwatak sosial. “Kewirausahaan sosial dinilai sebagai solusi dalam upaya mempercepat penurunan angka pengangguran dan kemiskinan,” terangnya.
Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa Ciwaringin serta membangun iklim kewirausahaan bagi mahasiswa UP, di mana nantinya sebagai lulusan UP mampu menciptakan lapangan pekerjaan melalui Usaha Baru/Strart-Up Business, kata dia, maka salah satu Program Maching Fund yaitu membentuk unit-unit usaha baru dalam bentuk Usaha Mikro atau Usaha Kecil (UMKM) disesuaikan dengan kapasitas skala ekonomi yang dimiliki.
Terkait penggunaan pewarna alami, lanjut dia, saat ini pembatik yang masih menggunakan pewarna alami menjadi sangat jarang ditemui. Hal itu, lantaran bahan-bahan dasar pewarna alami juga sulit untuk ditemukan. Padahal, pewarna alami ini memiliki kelebihan tersendiri yang tidak dapat ditiru oleh pewarna kimiawi.
Ia menjelaskan, dari segi limbah, pewarna alami ini lebih ramah lingkungan dan aman untuk kesehatan karena zat-zat yang terkandung dalam pewarna alami ini mudah terurai sehingga tidak menimbulkan polusi. Kemudian dari segi hasil pewarnaan, warna yang diperoleh memiliki sifat-sifat yang lembut, harmonis, senada, dan bahkan sebagian dapat disebut dengan warna pastel. Selain itu, pewarna alami biasanya mengandung aroma khas yang muncul ketika menyatu dengan serat kapas. Dan kain batik yang menggunakan pewarna alami memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan pewarna kimia.
“Dalam dunia modern saat ini, pewarna sintetik banyak digunakan terutama dalam industri tekstil, dikarenakan harganya yang murah, tersedianya banyak varian warna dan dalam jumlah yang banyak, warna yang cenderung konstan, mudah untuk digunakan, memiliki sifat tahan luntur yang baik. Yang menjadi permasalahan adalah penggunaan pewarna sintetik yang mengandung bahan kimia memiliki efek negatif pada lingkungan seperti pencemaran air dan tanah oleh limbah dari proses pewarnaan yang bersifat toksik dan karsinogenik,” paparnya.
Hal tersebut, sambung dia, secara tidak langsung akan berdampak pada kesehatan masyarakat sekitar. Karena itu, seiring kesadaran masyarakat terhadap kelestarian lingkungan mulai meningkat, pewarna alami menjadi salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk mengurangi pencemaran lingkungan. Ia menambahkan, penggunaan pewarna alami untuk untuk pewarnaan tekstil telah menarik minat para peneliti dan praktisi industri tekstil karena sifatnya yang tidak beracun dan non-alergi sehingga aman digunakan. Pewarna alami yang terbuat dari bahan alam, memiliki sifat berkelanjutan, memiliki tingkat biodegradabilitas tinggi dan yang paling penting lebih ramah lingkungan.
“Untuk mengambil zat warna yang terkandung dalam bahan baku alaminya diperlukan suatu proses yang disebut sebagai ekstraksi. Di dalam ilmu teknik kimia, ektraksi adalah salah satu jenis proses pemisahan (separation proses) yang memisahkan suatu bahan tertentu (misal zat warna alam) dari suatu padatan atau cairan induk dengan bantuan pelarut (solvent),” terangnya. (Ghofar)
Discussion about this post