KAB. CIREBON, (FC).- Bank Sampah Dewi Sri di Desa Girinata, Kecamatan Dukupuntang, Kabupaten Cirebon berhasil mengentaskan masalah sampah di Desa Girinata juga desa sekitarnya.
Perlu diketahui, bank sampah merupakan sebuah konsep pengumpulan sampah kering kemudian dipilah.
Selanjutnya memiliki manajemen layaknya seperti proses kegiatan di perbankan, tapi yang ditabung bukanlah uang melainkan sampah.
Warga yang menabung sampah disebut nasabah dan memiliki buku tabungan. Sampah yang dibawa nasabah dilakukan penimbangan oleh petugas dan dicatat di buku rekening, kemudian dihargai dengan sejumlah uang yang dimasukankan ke rekening nasabah.
Nantinya bank sampah akan menjual sampah tersebut ke pabrik yang sudah melakukan kerjasama dengan bank sampah tersebut.
“Aktivitas kami, selain melakukan pengumpulan dan pemilahan sampah, kami juga melakukan kegiatan pemberdayaan berupa penyuluhan kepada masyarakat tentang pengelolaan sampah rumah tangga dan pentingnya lingkungan yang tertata, sehat dan bersih,” kata Direktur Bank Sampah Dewi Sri, Ade Suharto, kemarin.
Kata Ade sapaan akrabnya, saat ini lebih dari 300 nasabah tercatat di bank sampahnya.
Bahkan, banyak juga nasabah dari luar Desa Girinata, seperti Desa Kedongdong Kidul, Cipanas, Cangkoak, Sindangmekar, Cisaat, Sindangjawa, Desa Balerante Palimanan, dan Kelurahan Kenanga.
“Juga, sekolah-sekolah, pesantren, PT Astra dan kantor-kantor dinas, seperti Bappelitbangda, DKPP, Dinas Pertanian, DPMD dan Dinas Lingkungan Hidup itu sendiri,” kata Ade.
Kata Ade, di bank sampahnya, semua jenis sampah diterima semua. Hanya organik yang tidak. Artinya, mulai bulan ini sudah benar-benar bank sampah seutuhnya.
“Sampah organik dikelola oleh KWT untuk kemudian diolah menjadi kompos. Residu semula dibakar. Kini ada yang menampung juga, yaitu dijual ke Indocement,” kata Ade.
Untuk menjual hasil bank sampah pihaknya sudah bekerjasama dengan CV Rizki Putra, Kabupaten Majalengka.
Kemudian, uangnya disimpan, dan mendekati bulan puasa baru dibagikan ke nasabah yaitu berupa sembako.
“Programnya itu Sambo (sampah jadi sembako). Alhamdulillah warga sangat antusias. Kemudian, green service yaitu pembuatan Surat Izin Mengemudi (SIM) dari sampah. Contohnya, misal nasabah yang tabungannya sudah 50 atau 100 itu bisa mengajukan untuk pembuatan SIM. Alhamdulillah sudah ada sekitar 54 yang bikin SIM,” kata Ade.
Pihaknya tidak memaksakan kepada nasabah, dari hasil bank sampah ini ditabung ataupun langsung diambil.
“Jadi kita enggak ngandelin nabung aja, yang penting sampahnya ke bank sampah semua,” imbuhnya.
Hasil bank sampah, dalam sepekan bisa dua hingga tiga kali diangkut, paling sedikitnya 2 ton.
“Pengambilan sampah dari nasabah adalah dengan cara jemput bola. Kita punya 3 petugas sendiri yang keliling. Selain itu kita juga tetap sosialisasi ke warga, diajak bergabung ke bank sampah. Alhamdulillah banyak yang minat,” kata Ade.
Keluhnya, kendala di lapangan banyak, mulai dari kebutuhan kendaraan roda tiga, hingga yang lainnya, karena yang harus diangkut sama Dewi Sri sehari sampai enam kali.
“Kalau ada dua kendaraan kan kita cuma tiga kali pengangkutan. Jadi, kami sangat memohon untuk pemerintah, khususnya Dinas Lingkungan Hidup untuk membantu memberikan kendaraan roda tiga, kemudian laptop untuk pencatatan digital sama mesin printernya untuk pembuatan SIM,” harapnya. (Ghofar)
Discussion about this post