KUNINGAN, (FC).- Organisasi Cabang Olahraga (Cabor) Wushu di Kabupaten Kuningan, telah bermetamorfosis dalam kepengurusannya. Semula dikomandani Ir. H. Jajat Sudrajat, selama satu periode. Kini beralih ke Ir. Putu Bagiasna selaku ketua umum dan Ir. Wawan Setiawan sebagai wakilnya.
Pergeseran kepemimpinan ini bukan tidak ada dinamika, justru dinamisnya terus bergerak sampai dilaksanakannya Musyawarah Kabupaten (Muskab). Sangat wajar ketika ada dinamika peralihan kepengurusan. Sebab jaman demokrasi seperti sekarang ini sudah menjadi treding sejak reformasi digulirkan.
Adanya dinamika bukan lantas menajam, justru semakin memerkaya khasanah wushu di Kabupaten Kuningan. Sebab anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART) sangat letterlack, artinya elemen-elemen atawa persyaratan dapat dilaksanakannya Muskab karena adanya sasasna atawa klub bukan dipilih oleh pengurus.
“Saya menghargai dinamika yang terjadi di tubuh wushu. Sampai berminggu-minggu kita berdebat baik dengan pengurus maupun dengan KONI sebab ganjalan yang dikedepankan adalah satu syaratnya yakni adanya sasana. Nah kita cari pemahaman yang sama antara pengurus dengan pihak KONI,” ucap Didin Syafarudin Ketua Sterring Comitte Muskab.
“Kita bercermin ke daerah lain di Jabar kecuali Jawa Tengah dan Jawa Timur. Hampir seluruh Pengcab Wushu tidak memiliki sasana banyak di daerahnya masing-masing. Contoh kecil Kota Cirebon dan Kabupaten Cirebon, tidak memiliki sasana wushu kecuali kungfu dan barongsay. Kungfu dan barongsay adanya di asosiasi wushu tradisional,” sambungnya.
Sementara di Kabupaten Kuningan, masih kata Didin Syafaruddin, sasananya dipegang langsung oleh Pengurus Cabang (Pengcab) dan ini harus disamakan cabor-cabor lainnya.
“Wushu ini leks spesialis jadi tidak harus disamakan dengan cabor lain. Baik oleh pengurus sendiri maupun KONI. Sebab belum adanya pemasalan atau merakyatnya Wushu,” kata Didin.
Akhirnya, sambungnya, bentuk kompromis yang realistis adalah melakukan kesepahaman dalam tata tertib pelaksanaan muskab. Jadi wushu melakukan pemilihan dengan menyerahkan hak suara kepada pengurus yang hadir dalam Muskab. Sementara pengurus yang tidak hadir hak suaranya menjadi hangus.
“Begitu pun dalam pemilihan ketua pun kita melakukan kompromi situasional. Artinya calon ketua yang hadir dapat diproses lebih lanjut dalam kontelasi pemilihan. Sedangkan calon ketua yang tidak hadir meski diusulkan oleh peserta muskab. Dan diberi tenggang waktu selama dua puluh menit tidak hadir juga maka didiskualifikasi,” pungkasnya.
Di tempat sama, Asep Abdus Syakur, Ketua Organizing Comitte Muskab menerangkan. Proses pemilihan sebetulnya dilaksanakan secara demokratis. Kita membuka pintu selebar-lebarnya kepada calon ketua yang ingin memimpin wushu. Yang santer akan memimpin Wushu selama ini ada tiga kandidat. Ketiga-tiganya memiliki potensi.
“Kita tidak membeda-bedakan calon yang menghendaki memimpin wushu. Hanya proses demokrasinya harus ditempuh dulu. Kita sudah menyiapkan administrasi calon ketua, mulai dari formulir pendaftaran, bio data, pakta integritas, kesanggupan tidak rangkap jabatan dengan organisasi lain,” tuturnya.
Masih kata Asep, dari hasil demokrasi yang terjadi terpilih Ir, Putu Budiasna sebagai Ketua Umum dan Ir. Wawan Setiawan sebagai wakil. Sekaligus formatur untuk menentukan kepengurusan ke bawahnya.
“Kita beri tenggat waktu sebulan sesuai hasil keputusan pimpinan sidang yang dipimpin oleh Aan Suganda, Ketua Bidang Organisasi KONI Kabupaten Kuningan,” tutupnya.
Sementara Ketua KONI Kabupaten Kuningan, H. Enay Sunaryo mengungkapkan Wushu Kabupaten Kuningan harus memeroleh Medali Emas di Porda mendatang. Hal itu sudah terlihat dan dapat dihitung sebab Wushu memiliki atlet PON Papua yakni Mutia Azzela dari nomor Nan Quan, Daosu dan Jianshu.
“Harap diperhatikan oleh Ketua terpilih nanti,” ujar Enay.
Sementara, Bupati Kuningan, H. Acep Purnama mengungkapkan Pemilihan kepengurusan Pengcab Wushu Kuningan harus dilaksanakan secara demokratis. Siapapun yang terpilih sudah mencerminkan musyawarah dan mufakat.
Hanya, masih kata H. Acep, tugas berat kepengurusan mendatang adalah mempersiapkan atlet untuk mengikuti Babak Kualifikasi (BK) Porda Tahun 2022 di Tasikmalaya.
“Prestasi yang sudah diraih pada Porda sebelumnya harus ditingkatkan. Jika kemarin perak maka yang akan datang harus memperoleh emas,” pinta Acep. (Ali)