KOTA CIREBON, (FC).- Di dunia, bahkan di Indonesia ada sebagian orang yang hidup dengan HIV/AIDS yang biasa disebut dengan ODHA (orang dengan HIV/AIDS).
Namun, banyak masyarakat masih mendiskriminasi dan memandang miring para ODHA dengan berbagai stigmanya hingga membuat ODHA adalah hal yang memalukan.
Demikian diungkapkan Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Cirebon Sri Maryati, Kamis (1/12), usai kegiatan peringatan Hari AIDS Sedunia tingkat Kota Cirebon.
Dikatakannya, selain harus berjuang dengan penyakit yang dideritanya, ODHA harus menerima cap buruk dari masyarakat akibat pemahaman masyarakat yang kurang tepat tentang HIV/AIDS.
Stigma itu membuat ODHA menyembunyikan status HIV positifnya dan malu untuk memeriksakan kesehatannya.
Akibatnya, banyak ODHA yang tidak mendapat pengobatan dan perawatan sehingga meningkatnya risiko kematian ODHA dan penularan HIV/AIDS di masyarakat.
“Oleh karena itu, peringatan Hari AIDS Sedunia diharapkan mampu menggugah kesadaran masyarakat untuk memberikan dukungan terhadap para ODHA agar mereka tetap bersemangat menjalani hidup,” tuturnya.
Dari data yang ada, sambung Sri, kasus ODHA di Kota Cirebon sejak tahun 2006 sampai Oktober 2022 mencapai 2.491 orang. Dari jumlah tersebut di dominasi usia produktif dari usia 15 – 24 tahun.
“Kasus ODHA ini adalah fenomena gunung es yang harus, terlihat puncaknya saja, padahal dibawahnya sangat besar. Semakin kita sering melakukan tes, semakin banyak kasus ODHA yang terdeteksi,” jelasnya.
Sri menjelaskan untuk jalur penularannya HIV/AIDS ini masih didominasi karena penularan seks bebas, baik itu homoseksual maupun hetroseksual. Akan tetapi, dari data yang ada, penularan kasus ini berasal dari hetroseksual.
“Dari sisi usia pun, didominasi kasus dari usia produktif antara 15 tahun sampai 24 tahun. Walaupun ada juga temuan diangka usia 54 tahun yang terinfeksi. Kalau dirata-ratakan setiap bulannya ditemukan kasus ODHA sekitar 170 an orang,” katanya.
Kasus ODHA ini, kata Sri, harus ditemukan, karena kalau tidak ditemukan, maka ending AIDS tahun 2030 tidak tercapai.
Sehingga, berbicara tentang HIV ini harus ditemukan sebanyak-banyaknya agar tahun 2030 tidak ada lagi orang yang terinfeksi ODHA.
Terkait titik potensi penularan HIV/AIDS di Kota Cirebon, tambah Sri, sekarang ini menyebar, kalau dulu ada beberapa titik yang diindikasikan potensi peran HIV.
Tapi, menurutnya, saat ini titik potensi penularan HIV tersebar di 22 Kelurahan yang ada di Kota Cirebon.
“Saat ini penyebaran HIV/AIDS di Kota Cirebon merata, bahkan sudah tersebar di 22 kelurahan di Kota Cirebon,” ungkapnya.
Virus HIV ini, menurut Sri, virus yang dapat dicegah, karena bisa dicegah tentunya akan melakukan upaya pencegahan bersama dengan semangat kolaborasi pentahelix bisa dicegah bersama.
Oleh karena itu, mulau tahun depan pihaknya akan melakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah.
“Rencana di tahun depan kita akan lebih fokus lagi di sekolah, karena kita akan melakukan workshop dengan guru-guru di sekolah, salah satunya guru Penjaskes. Nanti kita akan latih, supaya anak-anak di SMP sudah paham dengan virus HIV/AIDS,” tutupnya. (Agus)
Discussion about this post