MAJALENGKA, (FC).- Jajaran Komisi II DPRD Kabupaten Majalengka tampak meninjau Situs Pemandian Sang Raja di Kelurahan Cigasong, Kecamatan Cigasong, Kabupaten Majalengka.
Para Wakil Rakyat itu terlihat berkeliling areal situs bersejarah yang merupakan aset milik Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Majalengka tersebut.
Bahkan, mereka juga tampak mengecek kondisi mata air hingga kolam pemandian yang telah berusia ratusan tahun itu, dan menjadi tempat pemandian pertama di Kabupaten Majalengka.
Sejumlah pohon yang berukuran cukup besar membuat suasana Sang Raja terasa teduh meski air di kolamnya yang berukuran cukup besar tersebut terlihat kehijau-hijauan.
Bahkan, rombongan Komisi II DPRD Kabupaten Majalengka juga turut mengecek kondisi mata air yang berada di salah satu sudut kolam Sang Raja.
Ketua Komisi II DPRD Kabupaten Majalengka, Dasim Raden Pamungkas, mengatakan, kunjungan kali ini untuk mengecek langsung kondisi Situs Pemandian Sang Raja.
Sebab, menurut dia, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Majalengka memiliki rencana untuk merevitalisasi situs bersejarah tersebut.
“Kedatangan kami ke Situs Sang Raja untuk melihat kondisi di lapangannya seperti apa, karena menindaklanjuti rencana revitalisasi dari Disparbud,” kata Dasim Raden Pamungkas kepada wartawan, usai meninjau situs pemandian Sang Raja, Senin (4/11).
Ia mengatakan, jajaran Komisi II DPRD Kabupaten Majalengka tertarik untuk mendorong revitalisasi itu, karena selama ini belum ada obyek wisata yang asetnya merupakan milik pemerintah daerah.
Karenanya, pihaknya pun melaksanakan peninjauan lapangan untuk mengecek kondisi terkini salah satu situs bersejarah di Kabupaten Majalengka tersebut.
“Ini, kan, kondisinya terkesan mangkrak, karena rencana revitalisasinya sudah ada, tapi belum direalisasikan, dan kami juga tertarik mengingat belum ada destinasi wisata milik pemda,” ujar Dasim Raden Pamungkas.
Dasim menyampaikan, hasil peninjauan lapangan kali ini bakal dikoordinasikan dengan berbagai stakeholder mengenai rencana revitalisasi Situs Pemandian Sang Raja.
“Dari peninjauan lapangan, kami melihat kondisi Situs Sang Raja pagar pembatasnya roboh, dan mata airnya tertutup, sehingga nuansa alam serta kearifan lokalnya hilang,” kata Dasim Raden Pamungkas. (Munadi)
Discussion about this post