KOTA CIREBON, (FC).- Masjid Merah Kedung Menjangan, salah satu dari sekian masjid di Kota Cirebon yang memiliki arsitektur menarik. Perpaduan budaya antara Demak, Kudus, dan China menjadi tema utama dalam bangunan masjid itu.
Masjid Merah Kedung Menjangan ini berlokasi di Kampung Kedung Menjangan, Kelurahan Kalijaga, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon.
Khaerudin, salah satu pengurus masjid mengatakan, Masjid Merah Kedung Menjangan ini didirikan sekitar Tahun 2000 an. Awalnya masjid ini adalah musala kecil lalu dibangun bangunan masjid selama 1000 malam. Pengerjaannya dilakukan pada malam hari oleh jamaah masjid itu sendiri secara bergotong-royong.
“Pembangunan masjid ini memiliki kaitan dengan Syekh Abdurahman Rauf As Singqili, ulama dari Aceh. Seorang pendirinya sempat mendapatkan petunjuk dalam mimpinya untuk membangun masjid tersebut,” jelasnya kepada Fajar Cirebon, Selasa (19/9).
Dibeberkannya, desain dari bangunan Masjid Merah Kedung Menjangan berasal dari Syekh Abdurahman Rauf As Singqili. Pagar masjid dibuat seakan menyerupai bangunan Keraton Demak.
Pagarnya dihiasi dengan keramik, sementara di bagian ruang utama masjid didominasi warna putih. Ada 17 tiang di ruang utama itu. 17 tiang penyangga itu memiliki makna sebagai jumlah rakaat dalam salat lima waktu.
Di Masjid Kedung Menjangan terdapat 2 sumur yang dikenal dengan nama Sumur Kembar. Kedua sumur tersebut terletak di tempat yang berbeda. Sumur kembar berada persis di halaman masjid.
Haerudin juga menuturkan, dalam masjid ini tidak ada kotak amal. Sehingga ketika jamaah ingin bersedekah, biasanya diletakkan di sekitar mimbar imam salat.
Kegiatan yang rutin dilakukan adalah, setiap tanggal 11 menurut Kalender Jawa, digelar Tradisi Manakiban. Yang dihadiri ratusan jamaah dari berbagai daerah di Pulau Jawa.
“Ya, paling kalau acara Maulidan hanya ada pengajian biasa, tidak ada acara-acara besar seperti di masjid-masjid lain,” tuntasnya. (TIM PPL/FC)
Discussion about this post