KUNINGAN, (FC).- Intensitas curah hujan di wilayah Kabupaten Kuningan sudah mulai tinggi, membuat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kuningan menggelar Apel Kesiapsiagaan Bencana Hidrometrologi, di Lapang Pandapa Paramartha Kuningan, Selasa (1/11).
Bupati Kuningan H. Acep Purnama yang menjadi pembina apel menyampaikan keberadaan Wilayah Kabupaten Kuningan yang luasnya 119.571,12 ha, perbatasan antara Provinsi Jawa Barat Dan Provinsi Jawa Tengah memiliki kondisi geografis, geologis, hidrologis, klimatologis dan demografi yang memungkinkan terjadinya bencana.
Bencana dimaksud, masih Acep, bisa disebabkan oleh alam, faktor non alam maupun faktor manusia yang menyebabkan timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis yang dalam keadaan tertentu dapat menghambat pembangunan wilayah, antara lain bencana tanah longsor, pergerakan tanah, banjir, gempa bumi, letusan gunung api, kebakaran hutan, kekeringan serta angin puting beliung.
Berdasarkan hasil prakiraan cuaca musim hujan Tahun 2022 hingga 2023 wilayah Jawa Barat dari Badan Meteorologi Klimatologi Dan Geofisika (BMKG) bahwa awal musim hujan diperkirakan berkisar antara bulan september hingga november 2022 dan prakiraan puncak musim hujan antara bulan desember 2022 sampai februari 2023.
“Mengingat di Kabupaten Kuningan memiliki potensi bencana tanah longsor atau pergerakan tanah cukup tinggi di Jawa Barat, serta memiliki beberapa aliran sungai yang mungkin mengakibatkan bencana banjir. Maka diperlukan kesiapsiagaan kita sebagai pelaku penanggulangan bencana untuk terus memonitor secara berkala informasi peringatan dini cuaca dan potensi ancaman melalui website yang telah dikeluarkan sebagai bentuk kesiapsiagaan,” jelas Acep.
Selain itu, masih Acep, BMKG telah mengeluarkan siaran pers pada tanggal 8 Oktober 2022. Yang berdasarkan analisis terkini bahwa kondisi dinamika atmosfer di wilayah Indonesia termasuk Kabupaten Tanggamus. Dalam beberapa waktu kedepan, berpotensi terjadinya peningkatan cuaca ekstrim yang berupa hujan lebat yang disertai petir/kilat dan angin kencang, serta gelombang tinggi.
“Kondisi inilah yang dapat menjadi pemicu timbulnya bencana hidrometeorologi seperti banjir, banjir bandang, longsor, angin kencang dan lain lain,” ujar Acep.
Sebagaimana amanat presiden dalam acara GPDRR (gLobal Platform For Disaster Risk Reduction) Tahun 2022 di bali, Acep meyampaikan diantaranya Memperkuat budaya dan kelembagaan siaga bencana yang antisipatif,responsif dan adaptif dalam menghadapi bencana, komitmen bersama untuk mengimplementasikan kesepakatan global di tingkat nasional sampai tingkat lokal, meningkatkan kesadaran edukasi kesiapsiagaan melalui pembentukan desa tangguh bencana (Destana) sampai ke tingkat RT, RW dan pemberdayaan masyarakat dalam upaya mengembangkan kemandirian desa, meningkatkan kemampuan, keterampilan dan perilaku melalui penetapan kebijakan program skala prioritas.
“ Diharapkan dalam mengikuti kegiatan ini agar ditingkatkan lagi peran dan fungsi masing masing stakeholder dan pentahelix untuk bersama-sama melakukan rencana aksi pencegahan dan kesiapsiagaan dalam menghadapi hidrometeorologi tanah longsor dan banjir” ucapnya.
Apel kesiapsiagaan bencana ini, disampaikan Acep merupakan upaya mewujudkan sinergitas yang baik dari semua stakeholder kebencanaan yang terdiri dari unsur pemerintah bersama para pemangku kepentingan, hingga masyarakat.
Usai apel di lanjutkan dengan penyerahan Piala Gubernur Jawa Barat kepada Bupati Kuningan. Untuk infomrasi, Pada Peringatan Hari Jadi ke-13 Badan Penganggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Barat, sekaligus peninjauan alat – alat kesiapsiagaan bencana.
Turut hadir dalam apel tersebut Wakil Bupati Kuningan, jajaran Forkopimda Kabupaten Tanggamus, kepala OPD, lalu para peserta apel dari unsur BPBD, TNI, Polri, Dishub, Satpol PP, Tenaga Medis, Basarnas, PMI, Tagana dan Relawan Kebencanaan. (Ali)
Discussion about this post