CIREBON, (FC).- Hujan dengan intensitas deras sejak hari Jumat (5/7) hingga Minggu (7/7) mengguyur wilayah Kabupaten Cirebon mengakibatkan sejumlah daerah kebanjiran, di antaranya adalah beberapa desa di Kecamatan Gegesik yang mengakibatkan jalan provinsi penghubung Cirebon dan Indramayu terendam banjir.
Empat desa yang terendam banjir adalah Desa Jagapura Kulon, Jagapura Wetan, dan Jagapura Kidul, dan Jagapura Lor.
Ketinggian air di jalan tersebut mencapai 30 centimeter atau sekitar selutut orang dewasa. Akibatnya, aktivitas warga terganggu karena terhambat oleh genangan air.
Banjir ini menyebabkan sejumlah pengendara roda dua nekat menerobos genangan air. Banyak pula kendaraan warga yang mogok akibat mesinnya terendam banjir.
Aktivis Lingkungan Pedesaan, H Ikhsan Abdullah mengatakan, hujan lebat yang turun di tengah musim kemarau harus menjadi kajian serius Pemerintah.
“Persoalan klimatologi (perubahan iklim) ini harus dimitigasi, agar dampaknya secara dini dapat diminimalisasi dan bagaimana usaha pencegahannya. Jangan dianggap persoalan ini biasa-biasa saja. Karena dari banjir yang dampaknya pada terendamnya rumah-rumah warga yang menimbulkan kerugian material bisa berimbas kepada persoalan kerawanan pangan, rusaknya sumber air bersih hingga kekeringan dan seterusnya kerawanan sosial dan keamanan,” ujar Ikhsan.
Banjir di beberapa desa ini sendiri mengakibatkan jebolnya tanggul Sungai Songket yang merupakan aliran sekunder.
“Ini salah satu contoh dampak buruk yang terjadi akibat Pemdes setempat dan Pemkab serta Pemrov belum serius memitigasi persoalan perubahan iklim dengan baik. Sehingga banjir terjadi di musim kemarau dan melanda beberapa wilayah di Kabupaten Cirebon,” ujar Ikhsan yang juga menjabat Staf Khusus Wakil Presiden RI tersebut.
Ia menerangkan, Alun-alun Desa Jagapura di mana terdapat pusat pemerintahan desa induk yakni Desa Jagapura Lor dan Kidul, serta terdapat Masjid Jami Al Muttaqin terendam setinggi paha orang dewasa.
“Ini sangat mengherankan penduduk setempat karena di lokasi tersebut sebelumnya tidak pernah terjadi banjir. Saya yg terlahir di desa ini tidak pernah menyaksikan fenomena yang aneh ini terjadi,” katanya.
Menurutnya, saat ini baru hujan dadakan di musim kemarau, semua masyarakat kebingungan menghadapi fenomena cuaca yang anomali ini.
“Apalagi bila musim hujan di bulan Oktober, November dan Desember yang curah hujannya tinggi dan terus menerus, banjir bisa terjadi lebih besar lagi dan dampaknya bakal lebih serius , maka untuk menghindari resiko yang lebih luas dan besar diperlukan mitigasi persoalan dari perubahan iklim yg tidak normal ini,” katanya.
Ia mengatakan, sebagai putera daerah yang semua leluhurnya masih tinggal di Jagapura, pihaknya ingin mengurai beberapa hal agar banjir tidak berulang.
Yaitu aliran Sungai Kumpul Kwista atau biasa disebut Kali Sikusta) dan kali sekundernya segera dinormalisasi.
“Keadaan saat ini benar-benar sangat darurat. Sungai mati dan air hujan tidak bisa mengalir, karena di atas aliran sungai dibangun tempat usaha dengan beton permanen. Sungai betul-betul mati tidak berfungsi, maka bangunan liar (Bangli) tersebut harus segera dibongkar,” tegasnya.
Selanjutnya, saluran air di tepi bahu jalan sebelah kiri jalan Provinsi saat ini juga mati tidak berfungsi, karena ditutup bangunan liar permanen dan di atasnya dipergunakan oleh oknum masyarakat untuk kegiatan usaha.
“Akibatnya air hujan tidak bisa mengalir ke manapun, karena semua saluran mati sehingga air meluap tinggi sejajar dengan tanggul Sungai Songket dan tanggul bedah, sehingga air semakin besar. Dan bila curah hujan lebih besar lagi, maka bukan hanya Desa Jagapura Kulon yang banjir tinggi, tapi bisa empat desa tenggelam. Ini saya kira Pemrov Jawa Barat, Pemkab Cirebon segera turun tangan melakukan pembongkaran bangunan-bangunan liar di atas sungai, di atas saluran air bahu jalan provinsi. Ini urgently dan bersifat sangat segera, apabila terlambat, maka petaka pasti lebih besar lagi. Jangan gara-gara ulah segelintir warga yang menikmati keuntungan dengan mengambil objek vital penting maka seluruh warga rumahnya tenggelam!” tegas dia. (Agus/FC)
Discussion about this post