KAB. CIREBON, (FC).- Irigasi sawah di Desa Serang Wetan, Kecamatan Babakan, Kabupaten Cirebon dan desa sekitarnya mengering meskipun di musim hujan. Kondisi tersebut terjadi semenjak adanya pembangunan jalan tol PT SMR hingga kini, akibatnya ratusan hektare lahan pertanian kini menjadi tanah tadah hujan, padahal sebelumnya bisa tanam 3-4 kali dalam semusim.
Kuwu Desa Serang Wetan, Setia Budi kepada FC menjelaskan, areal sawah di Desa Serang Wetan antara milik desa dengan milik masyarakat, jumlahnya ada sekitar ratusan hektare, sebelum ada jalan tol, pengairan ke areal sawah lancar sehingga dalam semusim para petani bisa menanam padi antara 3-4 kali, namun semenjak adanya pembangunan jalan tol, irigasi berhenti total dan dialihkan entah kemana jalurnya, akibatnya para petani mulai adanya jalan tol, hanya bisa tanam padi dalam semusim antara 1-2 kali, itupun terkadang harus dibantu dengan pompa air untuk kebutuhan pengairannya.
“Sampai saat ini belum ada penanganan untuk mengembalikan kembali irigasi pengairan agar berfungsi seperti semula, kalau bicara soal pengairan sawah yang pasti petani menjerit, hanya mengandalkan hujan saja,” jelasnya, Senin (6/3).
Lanjut menurut Kuwu Budi, dari sekitar 125 hektare lahan pertanian yang ada di desanya, kini yang masih menanam padi sekitar 70 hektare sementara sisanya 5-10 hektar untuk lahan palawija dan 30-50 hektare untuk lahan tanaman tebu, para petani yang masih menanam padi terbantu dengan adanya sungai pembuangan Cisaat yang mereka manfaatkan dengan dibantu pompa air untuk pengairan sawah mereka, sementara sisanya jauh dari jangkauan pengairan sehingga hanya bisa untuk ditanam tebu ataupun palawija, para petani sangat berharap irigasi pengairan tersebut bisa berfungsi kembali seperti sediakala agar mereka tidak kerepotan pengairan saat akan memulai musim tanam sawah mereka.
“Kami dari Pemdes telah melakukan upaya koordinasi ke dinas terkait yang menangani irigasi pengairan tersebut, akan tetapi kuota pemberian air yang disalurkan melalui irigasi tersebut sudah habis di hulu, karena hanya diberi kuota untuk 2,5 hektare lahan saja,” terangnya.
Atas kondisi tersebut, pemerintah desa berupaya untuk pengadaan pengairan untuk areal sawah yang kini sulit tersaluri air dengan rencana program pengadaan pompanisasi, akan tetapi hal itu terkendala dengan ketersediaan air yang akan diambil karena saat ini hanya mengandalkan dari saluran pembuangan Sungai Cisaat yang kondisinya tidak maksimal ketersediaan airnya terutama di saat musim kemarau. Sementara, alternatif kedua rencananya akan dibangunkan pompa Sibel akan tetapi pompa Sibel membutuhkan jaringan listrik sementara keberadaan areal sawah tersebut jaraknya sekitar 1 km dari tiang listrik yang ada.
“Akan kami pikirkan langkah apa yang akan kita lakukan untuk memenuhi kebutuhan pengairan areal sawah yang ada di desa kami, apakah nanti menggunakan pompa biasa dengan mengambil air dari saluran pembuangan Sungai Cisaat atau menggunakan pompa Sibel,” papar Kuwu Budi.
Kuwu Budi berharap, atas persoalan yang dialami oleh para petani yang ada di desanya terutama terkait kendala susahnya para petani mendapatkan air, selain langkah oleh pemerintah desa yang akan dilakukan pihaknya berharap ada campur dengan dari pemerintah kabupaten maupun pemerintah provinsi untuk mencarikan solusi tentang ketersediaan pengairan areal sawah yang ada di desanya.
“Kami berharap penanganan sulitnya pengairan sawah ini tidak hanya menjadi beban pemerintah desa saja akan tetapi pemerintah daerah maupun pemerintah provinsi dan pemerintah pusat ikut bersama menangani persoalan ini, mengingat ratusan lahan hektare dan ratusan petani saat ini sangat menanti normalnya kembali saluran irigasi pengairan,” harapnya. (Nawawi)