KAB. CIREBON, (FC).- Pembentukan Desa Tangguh Bencana (Destana) terus dilakukan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPDB) Kabupaten Cirebon. Hingga tahun 2022 ini, totalnya ada 42 Destana yang sudah terbentuk di seluruh wilayah Kabupaten Cirebon.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 39 Destana merupakan bentukan dari BPBD Kabupaten Cirebon. Sisanya, 2 Destana dibentuk oleh BNPB Pusat dan 1 Destana oleh BPBD Provinsi Jabar.
Penata Penanggulangan Bencana Ahli Muda pada BPBD Kabupaten Cirebon, Siaga Pratama Subiantoro menyampaikan, Destana memang merupakan program unggulan BPBD Kabupaten Cirebon.
Namun dalam program tersebut, kini BPBD juga menyisipkan beberapa item upaya penanggulangan bencana agar lebih bisa diterapkan oleh masyarakat secara luas. Di antaranya adalah Keluarga Tangguh Bencana (Katana).
Menurut Pratama, selain melaui Destana yang sudah terbentuk, dari 50 orang yang masuk kedalam Pokja di BPBD juga dilibatkan untuk menerapkan dan mencontohkan kesiapsiagaan menghadapi bencana, baik kepada keluarga masing-masing maupun masyarakat di sekitarnya. Dengan menitikberatkan program Destana pada Katana, kata dia, semua dilibatkan dalam menghadapi bencana, mulai dari Ayah, Ibu hingga anak-anak dan anggota keluarga lainnya.
“Biasanya orang sedang panik itu tanpa sadar langsung lari saja. Sekarang kita arahkan di katana, sudah terkonsep. Yaitu, pemimpin keluarga harus mengontrol keluarga dan memastikan jumlahnya lengkap, ibu rumah tangga juga demikian termasuk anak-anaknya, apa yang harus dibawa ketika ada bencana,” ujar Pratama, kemarin.
Selain Katana, lanjut dia, dalam program Destana ia mendorong adanya sumbangsih dari CSR sejumlah perusahaan di Kabupaten Cirebon dengan tidak memandang wilayah atau lokasi bencana. Caranya, tentu harus dengan membuat proposal kebencanaan oleh Destana yang bersangkutan.
“Destana di manapun kalau mau bikin proposal kebencanaan bisa diajukan ke PLTU misalnya,” kata dia.
Kemudian, BPBD juga tengah menyisipkan item dalam Destana dengan melibatkan anak sekolah seperti melalui kegiatan pramuka dan lainnya. Rencananya, BPBD bakal berkoordinasi dengan Disdik dalam menjalankan program Destana melalui Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB).
Untuk kelanjutan program tersebut, sambung Pratama, pihaknya berharap ada tambahan anggaran dari masing-masing desa melalui anggaran Dana Desa (DD). Pasalnya, sejauh ini ketika DPBD menawarkan program tersebut kepada Pemerintah Desa (Pemdes), Kuwunya sendiri enggan menganggarkannya dari DD.
Padahal dalam indikator desa mandiri, terdapat poin tentang ketangguhan masyarakat terhadap kebencanaan. “Dalam spanduk penggunaan DD di desa kan ada alokasi penanggulangan bencana. Saya tanya ke kuwu, itu untuk BLT Covid. Sejauh ini anggaran Destana kita dari PIS,” terangnya.
Ia menambahkan, BPBD pun kemudian menawarkan penggunaan anggaran dengan yang lebih sederhana kepada Bappelitbangda dan Pemdes. Yakni dengan membuat kegiatan pelatihan yang lebih simpel dan memadatkan waktunya. Sehingga anggaran bisa ditekan lebih rendah lagi.
“Sebab karakteristik masyarakat Cirebon, kalau latihan harus ada imbal baliknya. Entah itu konsumsi maupun pengganti transport. Anggaran ideal destana untuk satu desa 50 juta, tapi bisa kita sederhanakan,” ungkapnya. (Ghofar)
Discussion about this post