KAB. CIREBON, (FC).- Maraknya batik resmi Pemkab Cirebon (Mande Praja Caruban,-red) dijual bebas di pasaran dengan batik jenis cap atau printing. Tokoh Pegiat Budaya Cirebon, R Chaidir Susilaningrat angkat bicara.
Menurutnya, batik Mande Praja Caruban atau batik resmi milik Pemkab Cirebon ini berawal dari sayembara, kemudian pembuatan batik mande ini adalah tujuannya untuk melestarikan seni batik tradisional di Kabupaten Cirebon.
“Jadi, kalau bicara batik ya memang harus ditulis. Harus diproses sebagaimana mestinya. Jadi untuk melestarikan batik tradisional maka pembuatan batik resmi Pemda Kabupaten Cirebon harus batik, batik itu tidak ada printing. Batik itu ditulis, dicelup, diwarnai dan dilepas lilinnya kemudian ditulis lagi,” terang Chaidir, Senin (21/8).
Pria yang juga pendiri Komunitas Pusaka Cirebon Kendi Pertula kembali mengungkapkan, kenapa batik pemda harus tulis? Karena dirinya ingin melestarikan seni batik.
Lanjutnya, tujuan lainnya adalah agar instansi-instansi yang berada di lingkungan pemda juga tergerak untuk membuat motif batik di instansinya masing-masing.
“Seperti contohnya Dishub. Dishub ingin membuat motif sendiri batik tulisnya itu lebih bagus, dan tidak apa-apa. Dinas lainnya, seperti dinas pendidikan yang personel nya banyak juga diperbolehkan membuat batik khas dinas pendidikan. Kalau gayung itu bersambut, alangkah senangnya para pengrajin batik,” kata Mama Chaidir sapaan akrabnya.
Dan dari situ, masih kata Mama Chaidir, dirinya berusaha mengangkat para pembatik ini supaya lebih produktif dan hasil karyanya dapat dihargai.
“Tentu saja dinas tidak perlu mengadakan lomba sayembara lagi untuk menentukan motifnya, silahkan bekerjasama dengan seniman batik untuk merancang motif khas nya apa. Tujuan awal memang begitu, ingin melestarikan seni batik tradisional Cireboan,” tambahnya.
Berbicara batik printing, Mama Chaidir menegaskan, tidak ada aturan yang melarang, akan tetapi dengan membeli batik yang motif batik yang diprint artinya itu sudah bukan batik lagi, itu tidak melalui proses pembatikan, ini telah menghianati tujuan awal.
“Awalnya kita ingin menghidupkan pengrajin batik, bukan pedagang kain printing. Saya hanya mengingatkan saja, bahwa pembatik kita nasibnya masa depannya tidak jelas, siapa lagi yang akan melindungi mereka kalau bukan pemerintah dan stakeholder, para pelaku wisata dan budaya. Kalau kita bangga batik sebagai warisan dunia, ya kita harus melestarikan seni batik,” tegasnya.
Di akhir Mama Chaidir menambahkan, membuat motif batik semua bisa, bahkan di era saat ini dengan komputer pun bisa membuat motif batik.
Tapi jika ingin melestarikan batik tradisional dan menghidupkan pengrajin batik, maka disarankan untuk tidak menggunakan yang printing.
“Kalau semuanya printing, itu artinya seni batik sudah tidak ada lagi orang yang menulis di kain, sudah tidak ada lagi orang yang mencelup kain dengan warna. Ini adalah hidup matinya batik Cirebonan. Aturan tidak dilanggar, tapi kita sudah menghianati misi pelestarian budaya, salah satu budaya kebanggaan Cirebon adalah batik Cirebonan yang motifnya ada lebih 60 motif,” pungkasnya. (Ghofar)
Discussion about this post