KAB. CIREBON, (FC).- Pemkab Cirebon mengajak semua elemen masyarakat untuk terlibat dalam pencegahan serta deteksi dini penyakit yang ada di wilayahnya.
Hal tersebut disampaikan Penjabat (Pj) Bupati Cirebon, Wahyu Mijaya saat membuka rapat koordinasi bidang P2P pelaksanaan deteksi dini preventif dan respon penyakit tingkat Kabupaten Cirebon di salah satu hotel di Kecamatan Kedawung, Selasa (10/9).
Menurut Wahyu, tantangan kesehatan yang dihadapi Kabupaten Cirebon semakin hari semakin kompleks.
Pasalnya tidak hanya berhadapan dengan masalah penyakit menular, tetapi juga beban penyakit tidak menular yang terus meningkat ditambah munculnya penyakit baru.
“Dulu kita dihadapkan penyakit Covid-19, dan penyakit re-emerging disease pada penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi seperti, penyakit polio, difteri, tetanus, pertusis, dan campak,” katanya.
Sedangkan untuk penyakit menular seperti demam berdarah dengue (DBD) dan tuberkulosis (TBC) masih menjadi isu yang cukup serius.
Wahyu menyebut pada tahun 2024, kasus DBD menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan tahun sebelumnya.
Menurut data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon, hingga minggu ke-35, tercatat ada 1.431 kasus dengan 6 kasus kematian.
“Dengan kasus DBD yang cukup tinggi tersebut, ini menunjukkan bahwa upaya pengendalian belum maksimal,” ujarnya.
Selain Itu, lanjut Wahyu, penanggulangan TBC juga menghadapi kesulitan, dengan pencapaian pelayanan kesehatan sampai dengan bulan Agustus yang hanya sekitar 444 kasus.
Sedangkan untuk kasus-kasus seperti HIV juga masih menjadi perhatian, dengan cakupan skrining yang belum optimal, hanya mencapai 46,874 dari target.
“Hal ini menunjukkan bahwa masih diperlukan peningkatan dalam deteksi dan pengobatan penyakit menular,” ujarnya.
Wahyu berharap sinergi dan kolaborasi lintas sektor menjadi kunci keberhasilan. Pasalnya dibutuhkan peran aktif dari setiap sektor, baik pemerintahan, kesehatan, pendidikan, organisasi profesi, maupun masyarakat umum, sangat dibutuhkan.
“Rapat koordinasi ini adalah wujud dari komitmen kita untuk bersama sama membangun sistem kesehatan yang tangguh, responsif, dan adaptif terhadap berbagai ancaman kesehatan di masa mendatang,” harapnya.
Selain itu, Ia juga menekankan pentingnya upaya bersama dalam penanganan stunting, yang masih menjadi tantangan besar bagi kita semua di Jawa Barat, khususnya di Kabupaten Cirebon.
Sementara, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon, dr Hj Neneng Hasanah menyebut adanya kenaikan yang cukup signifikan kasus DBD pada tahun 2024 ini.
“Ya kalau untuk jumlah keseluruhan dibandingkan dengan tahun 2023 memang ada peningkatan dengan tahun 2024 ini. Tapi kita kan berupaya dan peningkatan ini bagaimana menekan supaya jangan sampai ada kematian,” katanya.
Ia mengungkapkan perlu adanya inovasi dari semua elemen masyarakat dalam penanganan DBD ini.
“Bagaimana dalam satu keluarga ada jumantik, sehingga setiap minggu harus memeriksa jentik yang ada di dalam rumah. Ini jadi inovasi daerah atau kecamatan yang menjadi satu daerah endemis dengan jumlah kasus banyak dan adanya kematian, ini harus didorong dengan adanya inovasi tersebut,” katanya.
Selain itu, kasus penurunan kematian ibu dan anak serta kasus stunting menjadi perhatian khusus pemerintah. “Kita juga menyupayakan penurunan kematian ibu dan bayi begitu juga percepatan penurunan stunting. Kondisi Kabupaten Cirebon ini masih belum optimal. Dari target yang misalnya pencapaian 60 persen kita belum sampai, baru 48 persen sekian tapi itu harus diakselearasi sampai Desember harus 100 persen,” ucapnya. (Ghofar)