Ditambahkannya, pendapatan petani menjadi turun itu ada beberapa faktor. Diantaranya adalah faktor eksternal tentang tata niaga harga gula.
“Kalau kita perhatikan trend sejak 10 tahun terakhir, harga gula stagnan, padahal harga komoditas lain naik, pada umumnya, dengan adanya inflasi, harga jadi naik,” ujarnya.
Sisi lain, harga memgalami stagnan. Sementara biaya produksi meningkat. Antara harga sebagai pendapatan dan biaya sebagai pengeluaran tidak berimbang.
Saat ini, yang masih bertahan adalah petani yang masih efisien dalam budidaya. Artinya petani petani yang efisien, produksinya masih bertahan, biayanya juga masih bisa diefisienkan.
Rony mengatakan, Pabrik Gula Tersana Baru sebagai mitra petani berusaha melayani petani secara maksimal dengan revitalisasi internal pabrik gula.
“Tahun ini ada investasi single land, dulunya dua land gilingan barat dan timur, tahun lalu kapasitas 20, tahun sekarang 30, tapi dengan satu land jadi lebih efisien, kalau masih dua land, tenaganya lebih banyak, powernya juga banyak,” tegasnya. (Harun)