“Mungkin kuotanya saja yang terdampak, yang biasanya kuota giling lebih dari kuota sekarang, mungkin tahun sekarang dikurangi, akhirnya berdampak penambahan waktu, dari penambahan waktu, kekhawatiran kita kondisi di lapangan, tebu riskan dengan api, karena waktunya semakin panjang akhirnya penjagaan lahan memanjang, dan biaya bertambah,” ungkapnya.
Mulyadi berharap, walaupun dengan kondisi pandemi Covid 19, produksi masih bisa meningkat dan petani bisa terus bertahan. Diharapkan, dengan adanya perbaikan pabrik gula, dan curah hujan masih ada, rendemen bisa naik yang kemarin rata-rata 7,4 bisa naik menjadi 7,8.
Sementara itu, Kepala Bagian Tanam PG Tersana Baru, Rony Kurniawan menuturkan, pertebuan di kabupaten Cirebon saat ini petani banyak mengalami kendala. Hal tersebut bisa dilihat dari jumlah luasan perkebunan tebu.
“Dari tahun ketahun luasan tebu mengalami penurunan, faktor yang berpengaruh pada akhirnya adalah pendapatan petani, sehingga otomatis, tebu ini bukan menjadi komoditi yang menjadi minat petani sebagai bentuk penghasilan,” ungkapnya.
Discussion about this post