KAB. CIREBON, (FC).- Menggeliatkan minat generasi muda-mudi untuk kembali membatik. Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Cirebon memiliki beberapa terobosan. Di antaranya adalah memberikan pendidikan dan pelatihan marketing digital yaitu e-commerce serta mengikutsertakan dalam beberapa kalender pameran.
Kepala Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Cirebon, Dadang Suhendra melalui Kepala Bidang Usaha Mikro, Maharto mengungkapkan, pihaknya sudah melakukan upaya untuk menggeliatkan generasi muda agar mau membatik, pertama adalah melakukan pelatihan digital e-commerce, kemudian mengikutsertakan suatu produknya dalam pameran.
“Dengan adanya e-commerce, minimalnya itu anak-anak muda bisa mempromosikan produknya sendiri, kemudian bisa bergairah kembali, seperti membuat desain batik. Kalau sudah bergairah membuat desain batik, minimlanya dapat menumbuhkan minat membatik ada,” kata Maharto di kantornya, Selasa (29/8).
Menurutnya, e-commerce atau marketplace ini juga tidak mungkin juga diminati oleh kalangan tua, pastinya anak-anak muda, karena aku Maharto, yang memahami digital tentunya anak-anak muda. “Iya kan, tidak mungkin dari kalangan yang tua-tua, pastinya anak-anak muda. Dari situ pelan-pelan menumbuhkan geliat muda-mudi untuk minat membatik,” katanya.
Maharto mengakui, minat generasi muda memang sudah minim, karena banyaknya yang ingin bekerjanya menjadi orang kantoran dan di lainnya. “Kalau tidak ada lagi generasi muda yang minat batik, saya kira tidak, tapi minat dari generasi muda memang sudah minim, pengennya kerja kantoran dan di lainnya,” kata dia.
Kurangnya minat generasi muda terhadap batik kini menjadi salah satu keresahan bagi para pengrajin batik lokal di Kabupaten Cirebon. Salah satunya adalah Tatan Tanyumi (64) salah seorang pengrajin batik asal Desa Trusmi Kulon, Kecamatan Plered, Kabupaten Cirebon.
Tatan yang merupakan pengarajin batik dari tahun 1986 an itu mengatakan, bahwasannya pada saat ini ia hanya memiliki 15 karyawan yang tersisa dan sangat membutuhkan generasi muda untuk melanjutkan usahanya. “Anak-anak sekarang kadang-kadang enggak mau membatik, maunya kerja di perkantoran, di mall, jadi makin langka gitu tenaga kerjanya,” ungkapnya.
Ia juga memiliki kekhawatiran terhadap kurangnya pengetahuan anak muda mengenai batik. Apalagi dengan maraknya batik printing yang sulit dibedakan dengan batik tulis biasanya. Menurutnya, dikarenakan kurangnya minat anak muda di Cirebon, akhirnya ia terpaksa mempekerjakan para anak muda dari Pekalongan. Hal itu ia lakukan karena kebanyakan batik hasil produksinya dikirim ke Pekalongan.
“Minat para pemuda dari Pekalongan dalam membuat batik tulis itu masih banyak. Di kita (Cirebon,-red) sudah tidak ada. Pinginnya kantoran, kalau tidak kerja di mall. Saya khawatir, motif batik khas Cirebonan akan punah, jika minat pembatik dari kalangan muda asal Trusmi tidak ada yang mau meneruskan,” kata Tatan.
Masih menurutnya, apalagi batik merupakan salah satu warisan dunia yang harus tetap dilestarikan. Namun, dengan regenerasi membatik ini kehilangan banyak SDM. “Berharap saja, mudah-mudahan anak-anak muda tergerak hatinya untuk terjun membatik, agar warisan dunia tidak punah,” katanya. (Ghofar)
Discussion about this post