KAB. CIREBON, (FC).- Tradisi membuat kue apem (tradisi ngapem) terus dilakukan masyarakat Cirebon. Hingga sekarang tradisi ngapem itu masih dilestarikan. Tradisi ngapem, kue yang terbuat dari tepung beras tersebut merupakan tradisi yang sudah ada sejak zaman dulu.
Namun seiring perkembangan zaman sekarang kue apem banyak variannya. Bahkan konon tradisi budaya ngapem sudah ada sejak zaman Sunan Gunung Jati Cirebon.
Hal itu sebagai bentuk rasa syukur masyarakat kepada Allah SWT.
Selasin itu, biasanya cobaan dan bencana alam datang pada setiap akhir bulan safar. Oleh karena itu, memasuki akhir bulan safar dalam kalender jawa, di beberapa tempat bersejarah yang ada di Cirebon melakukan tradisi tahunan, yaitu Ngapem.
Sama halnya di Makam Pangeran Pasarean, Kelurahan Gegunung, Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon tradisi ngapem untuk tolak bala ini dilakukan.
“Biasanya tradisi ngapem merupakan ritual tahunan yang diyakini sebagai upaya menolak bala atau kesialan. Tradisi ini biasa dilakukan pada hari Rabu terakhir di bulan safar yang biasa disebut Rebo Wekasan,” ungkap warga setempat, Yuli (42), Selasa (29/8).
Selain Ngapem, ada beberapa kegiatan yang dilakukan di bulan safar, yaitu salat tolak bala bersama dan dilanjut dengan kegiatan saweran yang dilakukan oleh tamu-tamu undangan. “Biasanya setiap tahun, tiap rumah pada ngapem setiap hari, terus nanti antar tetangga saling mengirim apem,” ujarnya.
Dikarenakan setiap orang saling membagi kue apem pada bulan tersebut, pada akhirnya para pedagang kue apem pun merasakan perbedaan penjualan pada bulan safar.
Hal tersebut dirasakan salah satu pedagang kue apem yang merasakan perbedaan tersebut, Rokayah (80) mengatakan, bahwasannya penjualan kue apem pada bulan safar bisa meningkat sangat pesat, bahkan bisa mencapai seribuan lebih.
“Tepung berasnya empat karung kalo misalkan lagi safar, tapi kalau lagi enggak safar ya paling satu atau setengah karung,” kata Rokayah.
Tradisi menyantap kue apem di Rebo Wekasan diketahui membawa pesan tersirat tentang menjaga silaturahmi dan mendapat keberkahan. Pembagian apem dilakukan pada hari Rebo Wekasan atau hari Rabu terakhir bulan Safar, karena dianggap sebagai tanggal penting. (PPL)
Discussion about this post