KOTA CIREBON, (FC).- Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar menjadi acuan bagi masyarakat dalam sehari-hari. Media massa menjadi salah satu rujukan bagi masyarakat untuk mengajarkan penggunaan bahasa yang benar sesuai kaidah.
Atas hal itu, Tim Balai Bahasa Jawa Barat menerjunkan tim penilaian terhadap sejumlah media, baik cetak, online maupun radio. Untuk wilayah III Cirebon, Harian Umum (HU) Fajar Cirebon merupakan salah satu dari dua media cetak yang terpilih untuk dilakukan penilaian.
Menurut Devyanti Asmalasari dari tim penilai, Fajar Cirebon merupakan media lokal yang besar dan eksis dalam memuat berita lokal daerah.
Selain itu sudah tersertifikasi oleh Dewan Pers. Dan dasar inilah yang menjadi acuan balai bahasa untuk melakukan penilaian.
“Penilaian kita tekankan pada penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Kemudian penulisan pemenggalan kalimat, penggunaan frasa bahasa dan lainnya,” jelasnya.
Lebih jauh diterangkannya, media massa dianggap lebih dipercaya dari guru dalam mengajarkan atau mengedukasi masyarakat tentang bahasa Indonesia yang benar.
Bahkan juga berperan sebagai pengembang bahasa, karena bila ada kata baru bisa masuk di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang dibuat oleh Balai Bahasa.
“Seorang jurnalis melalui bahasanya juga mampu memproduksi kata baru. Untuk kemudian kata baru tersebut digunakan oleh masyarakat luas dan dikaji oleh Balai Bahasa untuk masuk dalam kamus KBBI,” ungkapnya.
Sementara Direktur HU Fajar Cirebon Dea Angkasa Putri Supardi sangat mengapresiasi kedatangan tim penilai dari Balai Bahasa Jawa Barat. Apalagi HU Fajar Cirebon dipercaya dan terpilih sebagai salah satu media cetak yang dilakukan penilaian.
“Alhamdulillah, artinya Fajar Cirebon sudah diakui eksistensinya baik secara lokal, regional maupun nasional. Kedatangan tim penilai ini membuat manajemen dan awak redaksi untuk mengevaluasi lagi, apakah penggunaan bahasa dalam pemberitaan sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar,” cetus Dea.
Dea juga mengusulkan, agar balai bahasa kedepannya bisa menggelar pertemuan dengan media. Hal ini penting, karena penggunaan atau istilah bahasa belakangan ini semakin kompleks. Terutama yang berhubungan dengan istilah yang menyertai Covid-19. Seperti rapid test, swab test, penyintas dan lainnya.
Dikatakan Dea, media sebagai contoh penggunaan bahasa yang benar juga sesuai dengan tanggung jawab media. Diantaranya sebagai penyampai informasi, pendidikan, hiburan, dan kontrol sosial.
“Dari tanggung jawab tersebut, khususnya pendidikan bisa diartikan sebagai edukasi bagi masyarakat untuk mengajarkan bahasa yang baik dan benar. Sehingga dengan penulisan bahasa yang benar sesuai KBBI, berita yang disampaikan media massa tidak diartikan berbeda oleh khalayak,” urainya. (Agus)