KOTA CIREBON, (FC).- Universitas Gunung Jati (UGJ) Cirebon melaksanakan Sidang Terbuka Wisuda Periode Agustus 2024. Sidang Terbuka tersebut telah meluluskan sebanyak 1.100 mahasiswa.
Mereka terdiri dari 54 Pascasarjana, 99 mahasiswa dari Fakultas Hukum, Fakultas Ekonomi sebanyak 548 mahasiswa, Fakultas Pendidikan sebanyak 153 mahasiswa, Ilmu Sosial sebanyak 86 mahasiswa, Pertanian 97 mahasiswa dan Kedokteran sebanyak 21 mahasiswa.
Rektor UGJ Cirebon Prof. Achmad Faqih mengatakan, pada Sidang Terbuka periode Agustus 2024 ini sekitar 1.100 mahasiswa dan mahasiswi dinyatakan berhasil menyelesaikan proses perkuliahan.
“Sidang Terbuka periode Agustus 2024 adalah momentum mahasiswa dan mahasiswi UGJ Cirebon dinyatakan lulus dan berhasil menyelesaikan proses perkuliahan,” katanya, Sabtu (⅜)
Ia meminta, kepada para lulusan UGJ Cirebon dapat berkarya di tengah masyarakat dan memberikan yang terbaik untuk negeri ini.
“Kepada para lulusan agar dapat memberikan yang terbaik kepada bangsa ini,” ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Yayasan Pendidikan Swadaya Gunung Jati Mukarto Siswoyo mengucapkan selamat kepada para lulusan.
Mereka lulus berkat kegigihan, konsisten, semangat dal menempuh pendidikan di UGJ Cirebon.
Selain itu, dukungan dari orang tua juga berpengaruh besar terhadap progres belajar para mahasiswa dan mahasiswi.
“Saya ingin mengucapkan selamat kepada seluruh wisudawan-wisudawati yang hari ini diwisuda, selamat juga kepada orang tua yang dengan segala upaya segala pengorbanannya hari ini putra-putri Bapak Ibu diwisuda. Kami sangat ikut bangga dan kami sangat berterima kasih karena Bapak Ibu telah mempercayakan putra-putrinya berkuliah di Universitas Swadaya Gunung Jati,” katanya.
Sementara, Ketua Pembina Yayasan Pendidikan Swadaya Gunung Jati Letjen TNI. Dudung Abdurrahman meminta, para mahasiswa dan mahasiswi yang dinyatakan lulus agar tetap melanjutkan proses belajar baik secara langsung maupun tidak langsung.
Karena dewasa ini, literasi yang baik sangat dibutuhkan terlebih banyak tersebar berita hoax.
“Dengan penyebaran berita-berita bohong melalui berbagai platform media hal ini berbahaya apabila tidak diimbangi dengan budaya literasi yang memadai. Di internet juga kita melihat suatu era dimana kebohongan dapat menjadi kebenaran dengan memainkan emosi dan perasaan jadi kebohongan-kebohongan terus disampaikan lama-lama juga menjadi kebenaran dan muncul budaya baru yang tumbuh dan berkembang dengan mengkultuskan kelompok tertentu,” tuturnya. (Frans)