KAB. CIREBON, (FC).- Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 1 Waled Kabupaten Cirebon berencana melakukan penerapan pembelajaran berbasis Informasi dan Tekhnologi (IT).
Kepala SMP N 1 Waled, Subhan Leo mengungkapkan, memasuki masa Adapasi Kebiasaan Baru (AKB), pola pembelajaran siswa sebenarnya telah diberikan kewenangan untuk melakukan pembelajaran tatap muka oleh Disdik Kabupaten Cirebon selama wilayah tersebut masuk zona hijau dan biru.
Akan tetapi, kasus baru Covid-19 masih muncul, membuat sekolahnya terpaksa harus diliburkan sampai masa inkubasi berlalu atau sekitar 14 hari. Kemunculan kasus di wilayah Kecamatan Waled khususnya memang tidak bisa diprediksi.
“Pada minggu kemarin di Kecamatan Waled muncul temuan di enam desa, sehingga untuk mencegah kekawatiran wali murid, sementara para siswa kita alihkan dengan pembelajaran di rumah selama 14 hari,” ungkap Leo kepada FC, Senin (16/11).
Selama ini, pembelajaran dilaksanakan secara daring dan luring. Siswa dibagi dalam dua kelompok, 3 hari belajar secara daring dan 3 hari belajar secara luring atau tatap muka. Hal itu dilakukan karena pembelajaran tatap muka harus menerapkan protokol kesehatan, dimana tempat duduk siswa dibatasi, sehingga hanya mampu menampung sebagian siswa.
Sementara sebagian siswa lagi diberlakukan pembelajaran secara daring. Akan tetapi pada pelaksanaan pembelajaran daring, pihaknya tidak bisa memantau tingkat kehadiran siswa.
Ini karena pembelajaran dilakukan hanya melalui aplikasi whatsapp grup, sehingga hanya siswa dan guru kelas saja yang tahu berapa siswa yang mengikuti dan berapa yang tidak mengikuti.
“Kita membutuhkan aplikasi khusus untuk diterapkan yakni microsoft teams, tetapi kita terkendala pada tenaga ahli IT. Ada 8 SMP di Kabupaten Cirebon yang baru mengikuti pelatihan dan segera menerapkan program microsoft teams ini,” terang Leo.
Lebih lanjut Leo menuturkan, bila sudah ada tim IT yang menguasai sistem tersebut, dan siap untuk diterapkan, disisi lain program tersebut juga masih terkendala pada kesiapan siswa, seperti smartphone yang kurang support, kuota maupun lainnya.
“Perlu ada kerjasama yang bijaksana antara sekolah dengan orang tua siswa dalam mensukseskan program yang akan dicanangkan ini,” katanya.
Oleh karena itu, kata Leo, pihaknya tidak menutup kemungkinan bila ada aplikasi pembelajaran yang berbasis IT yang lebih baik dan dapat lebih mudah diikuti oleh semua siswa, pihaknya ingin mengadopsi untuk dapat diterapkan di sekolahnya.
“Kalau memang ada, misal pengadaan smartphone yang sudah diisi aplikasi khusus untuk pembelajaran, bisa saja nanti bagi siswa yang tidak mampu memiliki smartphone tersebut dimodali pihak sekolah kemudian dicicil pembayarannya seperti pembiayaan SPP semacam itu, yang penting semua siswa bisa mengikuti pendidikan dengan baik meskipun di tengah masa pandemi Covid-19,” ucap Leo. (Nawawi)