INDRAMAYU, (FC). – Jembatan Talang Kombo yang terletak di Desa Kombo, Kecamatan Terisi, Kabupaten Indramayu menjadi salah satu jembatan tertua yang ada di Indramayu.
Jembatan yang menghubungkan Kecamatan Terisi dan Cikedung usianya hampir satu abad dan menjadi Fungsi vital sebagai jalur utama aktivitas wargadan perekonomian, mulai dari mobilitas harian hingga distribusi hasil pertanian.
Bagi warga sekitar, Jembatan Talang Kombo bukan sekadar sarana penyeberangan. Ia menjadi bagian dari identitas dan denyut kehidupan masyarakat.
“Saya lahir sudah ada jembatan ini. Bapak saya bilang, kakek buyut saya sudah melintasinya. Kami yakin ini peninggalan zaman Belanda,” ungkap salah satu masyarakat Desa Kombo, Jamal (48), Kamis (2/10/2025)
Secara fisik, Jembatan Talang Kombo memadukan rangka baja tua dan lantai kayu, mencerminkan desain khas era kolonial Belanda sekitar tahun 1900–1930-an.
Rangka baja yang diyakini diimpor dari Eropa ini masih kokoh menopang beban, sementara lantai kayu harus rutin diganti untuk menjaga keamanan pengguna.
“Lantainya memang harus sering diganti. Kalau sudah lapuk, bahaya. Tapi selama lantai kayunya terawat, strukturnya dari zaman dulu tidak pernah goyah,” jelas Jamal.
Selain sebagai jalur penyeberangan, posisi jembatan di area persawahan menunjukkan bahwa dulu ia juga berfungsi dalam sistem irigasi kolonial, yang menjadi prioritas utama pemerintah Hindia Belanda.
Talang Kombo menjadi penghubung utama antara dua kecamatan, mempersingkat waktu tempuh perjalanan bagi warga.
Setiap hari, jembatan ini dilintasi ratusan pengguna, mulai dari petani yang membawa hasil panen, pedagang, hingga pelajar yang menuju sekolah.
“Kalau jembatan ini putus, wah, putus juga akses ekonomi kami. Kami harus memutar jauh sekali, bisa dua kali lipat waktunya,” keluh Jamal.
Keberadaan jembatan ini menjadikan Desa Kombo sebagai titik sentral mobilitas di Indramayu bagian selatan.
Putusnya jembatan akan berdampak langsung pada kelancaran distribusi hasil pertanian dan perekonomian warga.
Meski Talang Kombo tetap berdiri kokoh, usia tua membuatnya membutuhkan perhatian ekstra.
Warga berharap pemerintah daerah terus melakukan perawatan rutin agar jembatan ini tetap aman digunakan sekaligus terjaga nilai sejarahnya.
“Kami bangga punya jembatan tua yang kuat ini, tapi perawatan harus terus dilakukan. Kami ingin anak cucu kami juga bisa melihat bukti sejarah ini, sekaligus memanfaatkannya untuk hidup sehari-hari,” pungkas Jamal. (Agus Sugianto)












































































































Discussion about this post