KOTA CIREBON, (FC).’- Perum Bulog Cabang Cirebon mencatat realisasi penyerapan gabah dan beras selama periode Januari hingga Maret 2025 sebanyak 38 ribu ton.
Angka tersebut akan terus bertambah hingga puncak panen raya yang diperkirakan akan berlangsung pada akhir April hingga Mei mendatang.
Pimpinan Cabang Perum Bulog Cirebon, Ramaijon Purba mengatakan, pihaknÿa terus memaksimalkan penyerapan sebanyak-banyaknya tanpa ada batasan target.
Angka serapan ini, menurutnya menjadi angka terbesar dalam sejarah pengadaan Bulog Cabang Cirebon yang dicapai hanya dalam kurun waktu 3 bulan.
“Angka serapan ini juga menjadi angka penyerapan tertinggi seluruh Indonesia untuk tingkat cabang,” ungkapnya kepada wartawan, Rabu (26/3).
Saat ini, rata-rata volume serapan harian yang masuk gudang Bulog Cirebon mencapai 1000 ton untuk gabah dan 700 ton untuk beras.
“Kami prediksi sebelum libur lebaran angka penyerapan akan mencapai 40 ribu ton setara beras atau 80 ton setara gabah,” tambahnya
Dalam penyerapan, Bulog Cirebon bekerjasama dengan TNI (Babinsa) dan penyuluh, termasuk juga dengan Mitra Pengolahan dan Mitra Pengadaan.
“Rata-rata setiap hari kita turun ke 100 titik penjemputan gabah di wilayah Cirebon, Majalengka dan Kuningan. Hal ini sepertinya akan terus berlangsung hingga panen raya usai,” tukasnya
Ramaijon menyebutkan, jumlah Mitra Pengolahan yang bekerjasama dengan Bulog Cirebon saat ini mencapai 40 an mitra, serta mitra pengadaan sebanyak 90 an.
Pihaknya memberikan jaminan harga pembelian di petani sesuai ketentuan HPP Rp6.500/Kg untuk Gabah Kering Panen (GKP), dan beras Rp12.000/Kg dengan kadar air 14 persen.
Pimpinan Cabang Bulog Cirebon juga meminta para petani hendaknya jangan terburu-buru memamen jika memang belum waktunya.
Sebab, panen yang dipercepat akan menurunkan kualitas beras yang dihasilkan. Selain itu proses pengolahannya juga akan lebih lama.
“Umumnya kalau gabah standar pengolahannya itu cukup 10 jam pengeringan dari kadar air 25 persen menjadi 14 persen. Tapi kalau gabah yang diberikan ke kita kualitasnya jelek itu bisa 30 sampai 40 jam,” ungkapnya.
Proses pengolahan yang lama ini juga akan mengganggu laju penyerapan gabah, karena laju penyerapan gabah sangat ditentukan ketersediaan fasilitas pengolahan. (Andriyana)
Discussion about this post