KAB. CIREBON, (FC).- Tembok penahan tanah (TPT) bantaran Sungai Cipager tepatnya di Blok Pekuwon RT/02 RW/01 Kelurahan Kemantren Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon ambruk pada Selasa (28/1/2025) . Diketahui longsoran tersebut terjadi beberapa kali.
Warga setempat yang juga Ketua LPM Kelurahan Kemantren, Jupri Hidayat menjelaskan, longsor yang pertama terjadi pada Senin dini hari sekira pukul 02.00 WIB, titiknya di sebelah utara yang belum disender. Kemudian hari Selasa sekira pukul 12 malam kembali longsor, yaitu senderan yang lama ke arah utara.
“Kalau yang Senin itu hanya 3 meteran. Tapi, yang kejadian hari Selasa itu kurang lebih sepanjang 20 meteran,” kata Jupri kepada Fajar Cirebon, Kamis (30/1/2025).
Terpisah, Lurah Kemantren, Yayan mengatakan, dampak dari TPT yang longsor di Blok Pekuwon mengancam sekira 3-4 bangunan. Bangunan yang rawan di antaranya dua rumah, satu pabrik dan satu WC umum.
“Untuk potensi rumah yang terdampak ada 2 unit, dengan jarak ke sempadan singan sekitar 3 meter. Rumah saat ini dalam kondisi kosong tidak ada penghuni, mereka mengungsi ke rumah saudaranya,” kata Yayan.
Dua hari pasca longsor, kata Yayan, untuk dinding yang terpisah dari jembatan belum dilakukan upaya apapun. Namun, sudah dilakukan pelaporan ke dinas terkait seperti Badan Penangulangan Bencana Daerah (BPBD), Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (DPUTR) Kabupaten Cirebon dan BBWS Cimanuk Cisanggarung. Dan hari ini sudah ditinjau juga.
“Mudah-mudahan segera ada penanganan darurat oleh dinas terkait, agar tidak menimpa kedua rumah yang rawan,” harapnya.
Sementara dari kejadian tersebut tidak ada korban jiwa dan kerugian material yang dialami warganya.
“Alhamdulillah tidak ada korban jiwa dan kerugian material,” pungkasnya.
Sebelumnya, Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Barat, Bey Machmudin meninjau lokasi terdampak banjir di Pesantren Al Khairiyah dan Perumahan Graha Permai, Kelurahan Watubelah, Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon, Minggu (19/1/2025).
“Saya meninjau dampak banjir bandang di Kelurahan Watubelah, Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon, ini mengingatkan kita untuk selalu waspada,” kata Bey.
Banjir bandang yang terjadi pada Jumat malam (17/1/2025) ini merendam delapan desa di lima kecamatan, meliputi Weru, Tengahtani, Sumber, Beber, dan Talun. Sebanyak 2.430 jiwa dan 606 rumah terdampak akibat luapan Sungai Cipager.
Banjir parah di Desa Watubelah Sebanyak 200 rumah di Desa Watubelah, Kecamatan Sumber, terendam banjir dengan ketinggian air yang mencapai lebih dari 150 sentimeter. Kondisi ini menyebabkan banyak warga panik.
Di lokasi menunjukkan banjir merendam Perumahan Graha Permai Watubelah. Sejumlah warga berusaha meninggalkan rumah mereka karena permukaan air yang terus meningkat. Mereka terlihat keluar rumah sambil bergandengan tangan untuk menghindari dorongan air yang deras.
Beberapa warga bahkan berjalan sambil menangis, terguncang oleh kejadian tersebut. Kondisi semakin sulit dengan adanya pemadaman listrik yang menghambat proses evakuasi. Jaelani, salah satu warga Griya Permai Watubelah mengatakan, banjir kali ini adalah yang terparah sejak tahun 2010.
Parah, paling parah saat ini. Sebelumnya ada banjir, tapi tidak sampai seperti ini. Dari tahun 2010, ini yang paling tinggi masuk rumah,” ujar Jaelani, Sabtu (18/1/2025) dini hari. Banjir datang sangat cepat, sehingga warga tidak dapat menyelamatkan barang-barang mereka.
Sejumlah perabot elektronik, seperti kulkas, televisi, mesin cuci, dan kasur, rusak akibat terendam air. Menurut Jaelani, banjir disebabkan oleh derasnya aliran Sungai Cipager yang menjebol dinding pembatas antara perumahan dan sungai, menyebabkan luapan air yang merendam seluruh area perumahan.
Jaelani berharap pemerintah segera memperbaiki tanggul yang jebol untuk mencegah kejadian serupa di masa depan. Kerusakan fasilitas dan infrastruktur. Salah satu lokasi yang terdampak parah adalah Pondok Pesantren Al Khairiyah di Kelurahan Watubelah.
Air merendam hampir seluruh area pondok, termasuk masjid, ruang belajar, ruang guru, kamar istirahat santri, serta ruang multimedia yang penuh dengan lumpur.
“Kami tidak pernah membayangkan musibah ini, karena sampai jam 20.00 hujan sangat kecil, tiba-tiba air datang, menghantam pagar, roboh 3 gerbang, masuk ke masjid, kantor, 6 rumah dinas guru, diterjang banjir,” ucap pimpinan pesantren, Habib Miqdad, Sabtu (18/1/2025).
“Kami tetap bersyukur, kami yakin ini ungkapan rasa cinta kepada keluarga pondok pesantren,” imbuhnya. Sebanyak 1.000 santri, yang terdiri dari 500 santri putra dan 500 santri putri, terpaksa menghentikan kegiatan belajar sementara waktu. Para santri diungsikan ke lantai dua dan tiga untuk menghindari genangan air. (Ghofar)
Discussion about this post