SUMBER, (FC).- Berdasarkan data yang ada, Kabupaten Cirebon dilintasi oleh 25 sungai yang ada. Namun, ke-25 sungai tersebut merupakan kewenangan mutlak Balai Besar Wilayah Sungai Cisanggarung Cimanuk (BBWSCC). Sehingga, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Cirebon tidak memiliki kewenangan untuk melakukan perbaikan sungai yang kondisi tanggulnya kritis.
Untuk itu, Bupati Cirebon, H Imron Rosyadi, mengaku, pihaknya akan segera berkoordinasi dengan BBWSCC dalam waktu dekat ini. Menurut Bupati, rencana koordinasi tersebut untuk mencari solusi yang lebih baik dalam penanggulangan masalah tersebut.
“Minggu-minggu ini kami akan bertemu dengan BBWSCC. Kami dikasih data sungai di Kabupaten Cirebon ada 25 sungai dan wewenangnya juga ada di BBWSCC. Jadi kami harus bekerjasama dengan BBWSCC, kita cari solusi yang lebih baik,” kata Bupati, Rabu (22/1).
Dijelaskan Imron, jika dari hasil koordinasi nanti ternyata tidak ada anggaran dari BBWSCC, pihaknya akan langsung membahas masalah tersebut dengan DPRD Kabupaten Cirebon untuk mencari kemungkinan dianggarkan sendiri.
“Kalau di BBWSCC tidak ada anggaran, kita akan bahas dengan DPRD. Bisa enggak kita anggarkan. Karena kita lihat rakyat, supaya masyarakat tenang,” ujar Bupati.
Tetapi, sambung Imron, selain upaya dari anggaran Kabupaten Cirebon, pihaknya juga mencoba mencari solusi terbaik ke tingkat provinsi hingga pusat.
“Intinya untuk masyarakat. Kami (pemerintah,–red) akan carikan solusinya sampai dapat,” tambahnya.
Untuk saat ini, Bupati mengimbau kepada masyarakat yang memang kondisinya sudah sangat parah (bangunannya,–red) untuk dapat mengungsi sementara waktu dirumah kerabat yang terdekat.
“Sembari kita carikan solusinya, diminta masyarakat waspada, dan lebih baik selamatkan diri dulu untuk mengungsi atau pindah sementara,” tandasnya.
Sebelumnya, bangunan rumah milik Suripto (48) warga Blok Kligung, RT/08 RW/03, Desa Setu Kulon, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon amblas, karena hempasan ganasnya air sungai Cipager. Kondisi itu terjadi sejak tahun 2011 hingga awal tahun 2020, sudah tiga meter lebih bangunan rumahnya amblas akibat sungai Cipager tersebut.
“Yang sudah hanyut tuh ya bagian dapur dan kamar mandi,” ungkap Suripto pria yang sehari-hari berprofesi pengayuh becak kepada “FC”, Selasa (21/1).
Terakhir, kata Suripto, amblasnya sebagian rumahnya itu terjadi baru-baru ini, tepatnya masih di awal tahun 2020 ini. Ia mengaku khawatir dengan kondisi tersebut. Namun, profesinya yang setiap hari sebagai pengayuh becak yang penghasilannya pas-pasan, tidak bisa berbuat banyak.
“Harapan saya sih pemerintah mau membantu keadaan ini. Karena sampai saat ini tidak pernah ada respon dari pemerintah,” ungkapnya.
Sementara itu, Kuwu Desa Setu Kulon, Yosef Anandi mengatakan, kondisi rumah warganya itu sudah kian parah. Sejauh ini, kata Yosef sapaan akrabnya, pihaknya sudah berupaya yakni mulai dari berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait, juga sudah sering menyampaikan permohonan perbaikan di setiap Musrenbang.
“Tapi mungkin karena kewenangannya terbatas, jadi belum ada jawaban pasti dari pihak terkait. Dan setiap Musrenbang juga selalu diusulkan ke kabupaten,” papar Kuwu. Meski demikian, Kuwu mengaku tak patah semangat dan akan terus berupaya mencari solusi terbaik. Dalam waktu dekat ini, pihaknya akan melayangkan surat permohonan pembuatan TPT ke BBWSCC. (Ghofar)
Discussion about this post