KOTA CIREBON, (FC).- Terhitung selama 38 tahun, sejak tahun 1953-1991, corak semua lokomotif kereta menggunakan livery vintage berwarna krem hijau tua dengan logo roda sayap.
Livery vintage ini dahulu pertama kali digunakan pada lokomotif diesel pertama di Indonesia, yaitu CC 200.
Livery ini digunakan sejak KAI masih bernama Djawatan Kereta Api (DKA), Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA) sampai dengan Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA). Sampai saat ini, di era PT KAI, semua lokomoti bercorak biru oranye dengan dasar putih.
Namun untuk mengenang sejarah perkembangan kereta api. PT KAI Daerah Operasi 3 Cirebon, kini memiliki 1 livery lokomotif tahun 1953 – 1991, yang diaplikasikan pada 1 unit lokomotif dengan seri CC 201 77 17 milik Depo Induk Cirebon.
Perubahan warna lokomotif CC 201 77 17 produksi tahun 1977 dengan livery vintage ini dilakukan di Balai Yasa Yogyakarta.
Dari informasi yang berhasil dihimpun, lokomotif CC 201 77 17 ini, menjadi lokomotif tertua di seri-nya, di seluruh Indoensia yang memuat warna livery vintage.
Di seri CC 201 sendiri, sebelumnya sudah ada tiga lokomotif yang disulap dengan menerapkan livery vintage, yakni lokomotif CC 201 83 31 dan CC 201 83 34 milik Depo Induk Semarang Poncol yang keduanya diproduksi tahun 1983, serta lokomotif CC 201 92 01 milik Depo Induk Jember produksi tahun 1992.
Pengecatannya sama, dilakukan di bengkel lokomotif milik KAI yaitu Balai Yasa Yogyakarta.
Vice President KAI Daop 3 Cirebon, Dicky Eka Priandana menjelaskan, lokomotif seri CC 201 ini merupakan lokomotif buatan Amerika generasi kedua, dimana seri lokokotif ini memiliki berat 84 ton, dan daya mesin 1950 hp.
Lokomotif seri ini mampu melaju dengan kecepatan 120km/jam ini, dengan memiliki 2 bogie, dimana masing-masing bogie memiliki 3 gandar penggerak, dengan total 6 motor traksi, sehingga lokomotif ini dapat dioperasikan pada lintas datar maupun pegunungan.
“Usianya lumayan tua, tapi lokomotif ini sehat, untuk dinas kita sesuaikan, tetapi tidak untuk semua KA,” ungkap Dicky, Sabtu (11/11).
Meskipun menjadi lokomotif tertua di Daop 3 Cirebon, lokomotif CC 201 77 17 ini dipastikan masih memiliki mesin yang sehat, sehingga masih dioperasikan membawa rangkaian KA di beberapa relasi.
“Engine masih sehat, masih bisa ke Semarang, Surabaya, tetapi hanya untuk kecepatan maksimal di angka 100 km/jam. Ini lokomotif paling tua yang di cat vintage di seri nya,” ungkap Dicky.
Disebutkan Dicky, saat ini Daop 3 sendiri memiliki 14 lokomotif, yang terdiri dari dua seri.
10 unit merupakan lokomotif dengan seri 206 yang merupakan generasi ke tujuh tahun produksi 2013, dan empat unit lain merupakan seri 201, generasi kedua yang keempatnya dibuat pada tahun 1977.
“Semua masih aktif,” ucap Dicky.
Dijelaskam Dicky, lokomotif dengan livery vintage ini merupakan bentuk adaptasi, sekaligus wujud edukasi kepada masyarakat mengenai sejarah, dan identifikasi awal perkembangan tekonologi kereta api di Indonesia.
Sehingga kedepan masyarakat kembali bernostalgia dengan corak KA di era tahun 1953-1991, dan bagi generasi muda, bisa mengetahui, bahwa sebelum bercorak seperti saat ini, lokomotif KA berwarna krem hijau tua dengan logo roda sayap.
“Transportasi KA ini, salah satu moda yang sudah ada di Indonesia sejak 1864, harus terus kita jaga dan kembangkan. Maka sejarah perjalananya harus kita kenalkan, salahsatunya, dengan menghadirkan kembali corak livery vintage ini,” kata Dicky.
Repaint lokomotif, dengan corak livery vintage ini tidak lepas dari kontribusi Indonesian Railway Preservation Society (IRPS), yang mendorong pelestarian sejarah perkereta apian di Indonesia.
Ketua Umum IRPS, Ricki Dwi Agusti menambahkan, kegiatan sosialisasi dan edukasi sejarah, termasuk preservasi aset-aset lama, menjadi salahsatu fokus dari IRPS, sehingga kedepan, kekayaan sejarah perkembangan perkereta apian Indonesia, bisa dikenal oleh generasi penerus.
“IRPS akan terus bersinergi dan berkolaborasi dengan KAI, melalui kegiatan edukasi sejarah perkeretaapian kepada masyarakat luas dengan harapan dapat menambah rasa cinta dan kepedulian pada perkembangan kereta api dari dulu hingga kini,” kata Ricki. (Agus)