KAB. CIREBON, (FC).- Kondisi bangunan TKQ Al Muhajirin, Desa Cipanas, Kecamatan Dukupuntang, Kabupaten Cirebon sangat memprihatinkan, karena keterbatasan pendanaan dan kurangnya perhatian terhadap perbaikan infrastruktur.
Kondisi ruang kelas TKQ Al Muhajirin nyaris roboh dan tidak bisa direnovasi karena keterbatasan dana, sehingga pembelajaran agama dilakukan di masjid atau tempat lain seperti gedung PKK.
Kondisi bangunan yang rusak juga sering menjadi perhatian, seperti atap yang bocor atau bangunan yang tidak layak pakai.
Berada jauh dari pusat kota, sekolah ini berdiri kokoh menampung 23 siswa belajar kendati bangunannya jauh dari kata representatif.
Saat didatangi dinding bangunan madrasah itu terlihat mengelupas dan kayu atap pun rapuh.
“Ada 23 siswa dibagi dua kelas yaitu, kelas A dan kelas B, sudah satu tahun ruangan tidak dipergunakan, karena khawatir roboh, jadi untuk kegiatan belajar mengajar dipindah di ruang PKK dan teras masjid,” ujar kepala TKQ Al Muhajirin, Yusuf Maulana Ahmad saat ditemui FC di lokasi, Rabu (7/5).
Atas kondisi ini, Yusuf berharap pemerintah di daerah bisa mendatangi keberadaan TKQ Al Muhajirin di daerah pinggiran dan meminta tidak mendiamkan kondisi tersebut.
“Berharap agar segera mendapatkan bantuan renovasi, status tanah dan bangunan milik desa, pernah berapa kali diusulkan namun belum pernah direalisasi hingga sekarang,” ungkapnya.
Menurutnya, kondisi memprihatinkan karena bangunan TKQ Al Muhajirin ini berada jauh dari jangkauan pejabat publik dan pemerintah daerah.
Padahal sejatinya sekolah/madrasah kondisinya harus sama.
Meski di pinggiran juga harus mendapat perhatian lebih. Artinya tidak boleh ada perbedaan.
“Gedung tempat belajar yang memadai, sebagai salah satu daya dorong untuk meningkatkan mutu pendidikan agama sejak dini atau khususnya di kalangan anak – anak,” jelasnya.
Yusuf berharap bangunan TKQ Al Muhajirin ini dapat direnovasi oleh pemerintah daerah. Jikapun kondisinya tidak mewah, setidaknya anak didik mendapatkan fasilitas pendidikan yang layak di negeri sendiri.
“Anak – anak antusias dan semangat kami mulai belajar dari jam 8 sampai 10 pagi di hari Senin – Jumat, semoga pemerintah daerah melalui dinas terkait segera merespon,” tandasnya. (Johan)
Discussion about this post