BANDUNG, (FC).- Perjalanan dalam merintis karir memang tak semudah membalikkan telapak tangan. Seperti halnya yang dialami Anggi Nindya Sari, perempuan asal Cikancung, Kabupaten Bandung ini.
Anggi, sapaan akarabnya, merupakan petani kaktus yang usianya masih terbilang muda.
Ia memulai bisnis ini sejak masih duduk di bangku kuliah. Awalnya, ia hanya iseng berjualan karena butuh uang untuk biaya hidup semasa kuliah.
Namun, ketika di akhir masa kuliahnya, ia berkeinginan untuk serius dalam mengembangkan bisnis ini.
“Aku sempet bilang dulu sebelum lulus, aku pengen usaha kaktus ini gede dan nanti bisa mensejahterakan orang-orang di sekitar aku,” ujar Anggi, Selasa (21/9).
Setelah lulus kuliah di masa pandemi, ia merasa kesulitan mencari kerja. Ia melamar pekerjaan ke sana ke mari namun tak kunjung diterima.
Desakan orang tuanya agar ia dapat bekerja membuatnya kebingungan. Hampir lima bulan lebih ia melamar pekerjaan namun tak kunjung dapat.
Akhirnya, ia bersama dengan Agus (suaminya saat ini) bertekad untuk kembali memajukan bisnis kaktusnya.
Sempat terseok di masa pandemi sampai tak ada orderan sama sekali, namun ia bisa bangkit kembali setelah kembali ada yang order kaktusnya.
“Pas pandemi dateng, kaktus gak ada yang order sama sekali. Aku kan fokus di souvernir nikahan, pas pandemi gak ada sama sekali orderan souvernir nikahan karena gak ada orang yang gelar resepsi pernikahan,” katanya.
Beberapa bulan setelah pandemi dinyatakan ada di Indonesia, pemerintah memberlakukan PSBB, orderan kaktusnya mulai ada kembali.
Lambat laun usahanya kembali maju, orderan semakin banyak. Souvernir nikahpun banyak yang pesan. Sampai akhirnya Anggi kewalahan.
Oktober 2020, ia mulai merekrut satu orang karyawan untuk membantunya dan bekerja sebagai pembuat packaging.
Seiring berjalannya waktu, orderannya semakin ramai. Ia dan suaminya serta satu orang pegawainya kewalahan melayani orderan yang masuk. Alhasil, Anggi kembali merekrut dua orang pegawai.
“Semakin ke sini, orderan banyak terus, aku sama Agus dan satu orang pegawai itu keteteran. Akhirnya, aku gaet ibu-ibu sekitar rumah buat kerja di aku,” lanjutnya.
Ia senang bisa merekrut karyawan dari sekitar rumahnya. Cita-citanya dulu sekarang tercapai.
Saat ini ia memiliki 6 pekerja di rumahnya, yakni 3 orang sebagai pekerja tetap, sedangkan 3 orang lainnya pekerja paruh waktu.
Anggi yakin, ke depan jika pandemi usai, bisnisnya akan lebih maju dan banyak pesanan. Dengan begitu ia optimis akan memiliki karyawan yang lebih banyak lagi. (Sarrah)