KOTA CIREBON, (FC).- Kementerian Kesehatan RI menyampaikan, untuk meningkatkan kewaspadaan dan dalam rangka pencegahan gangguan ginjal akut misterius pada anak, Kemenkes meminta tenaga kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan untuk sementara tidak meresepkan obat-obatan dalam bentuk sediaan cair/sirup. Tindakan ini dilakukan sampai hasil penelusuran dan penelitian tuntas.
Kemenkes juga meminta seluruh apotek untuk sementara tidak menjual obat bebas dan/atau bebas terbatas dalam bentuk cair/sirup kepada masyarakat sampai hasil penelusuran dan penelitian tuntas.
Merujuk surat dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Cirebon membuat surat edaran kepada pelayanan kesehatan. Mereka diminta untuk sementara tidak meresepkan obat-obatan dalam bentuk sirup.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Cirebon Hj. Siti Maria Listiawaty telah menyampaikan surat Nomor 503/3488 Dinas Kesehatan Kota Cirebon. Tentang imbauan kewaspadaan kasus gangguan ginjal akut atipikal (atypical progressive acute kidney injury) pada anak ke fasilitas kesehatan pemerintah maupun non pemerintah dan klinik. Termasuk melalui organisasi profesi dan imbauan kepada masyarakat.
Adapun isinya merujuk pada surat yang diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Nomor SR. 01.05/III/3461/2022 tentang Kewajiban Penyelidikan Epidemiologi dan Pelaporan Kasus Gangguan Ginjal Akut Atipikal (Atypical Progresive Acute Kidney Injury).
Pada surat tersebut menyebutkan bahwa, tenaga kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan untuk sementara tidak meresepkan obat-obatan dalam bentuk cair atau sirup.
Selain itu seluruh apotek untuk sementara juga tidak menjual obat bebas dan atau bebas terbatas dalam bentuk sirup kepada masyarakat.
“Sampai dengan dilakukan pengumuman resmi dari pemerintah sesuai peraturan perundang-undangan,” tutur Maria.
Fasilitas pelayanan kesehatan, baik tingkat pertama atau fasilitas pelayanan kesehatan tingkat rujukan yang menerima kasus gangguan ginjal akut progresif atipikal juga harus melakukan pelaporan melalui tautan yang tersedia pada aplikasi RS Online dan Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR).
Selanjutnya, penggunaan obat untuk bayi atau anak sementara waktu dialihkan menggunakan tablet yang digerus atau dipuyer. “Memang pahit dan tidak nyaman. Tapi kita harus sama-sama waspada. Jangan sampai terjadi yang tidak kita inginkan,” ungkapnya.
Sementara, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Edial mengimbau agar dokter di Kota Cirebon sementara dilarang beri resep obat sirup.
Menurut Edial, untuk sementara ini agar dokter mengikuti apa yang dianjurkan pemerintah, yakni sementara ini dilarang beri resep obat sirup.
Kendati demikian, menurut dr Edial, obat sirup yang dilarang sementara bukan solusi. Yang terpenting adalah edukasi terhadap masyarakat.
“Yang penting mensosialisasikan lagi kepada masyarakat, kalau berobat ya ke dokter. Dokter akan memberikan dosis yang tepat,” jelasnya.
Imbauan ini, kata Edial, agar masyarakat tidak mengalami permasalahan atau efek samping karena obat. Sebab, dokter yang mengetahui dosis yang tepat.
“Apapun obatnya, banyak yang mengganggu fungsi ginjal. Ada beberapa antibiotik yang mengganggu fungsi ginjal, tetapi kalau diberikan oleh dokter, dosisnya jelas,” tuturnya.
Tetapi, kata dia, yang terjadi adalah masyarakat membeli obat langsung di luar. Padahal, itu berisiko. Misalnya, membeli obat asam urat, di mana-mana ada. Padahal, sangat berbahaya pada ginjal.
Terkait dengan kekhawatiran sirup paracetamol yang menjadi pemicu gagal ginjal akut, dr Edial menjelaskan, obat ini justru sebenarnya paling ringan dampaknya pada ginjal.
“Banyak obat penurun panas lain yang lebih berisiko. Intinya yang ingin saya sampaikan, masyarakat kembali berobat kepada dokter,” tandasnya.
Semua obat, kata dia, bisa berdampak pada ginjal. Karena itu, solusi terbaik adalah berobat kepada dokter, sehingga mendapatkan resep yang tepat.
Terkait dengan dokter di Cirebon yang dilarang beri resep obat sirup, Edial menambahkan, sementara ini memang tidak diberikan. Sebab, hal tersebut telah diinstruksikan oleh menteri kesehatan.
“Perlu sosialisasi kepada masyarakat, agar tidak sembarangan membeli obat. Bukan hanya untuk anak-anak, tetapi juga dewasa. Sekarang ini banyak loh yang gagal ginjal padahal masih muda,” tuturnya.
Dokter, kata dia, siap mengikuti edaran dari pemerintah. IDI juga mengimbau kepada seluruh dokter untuk mengikuti anjuran dari pemerintah.
“Ini pemerintah kan sedang melakukan penelitian dulu, jadi kita ikuti dulu apa yang dianjurkan,” tandasnya. (Agus)
Discussion about this post