INDRAMAYU,(FC).- Sebanyak 5.600 ton beras impor di tujuh Gudang Bulog Indramayu mengalami penurunan mutu dengan kondisi berdebu dan menguning.
Stok beras yang berasal dari hasil pengadaan tahun 2018 tersebut masih tersimpan di tujuh gudang Bulog Cabang Indramayu.
“Memang yang namanya beras ya, kalau disimpan lama sudah mengalami turun mutu. Jadi yang tahun 2018 sebagian besar sudah mengalami turun mutu,” ujar Kepala Perum Bulog Cabang Indramayu Dadan Irawan, Rabu (24/3).
Saat disinggung apakah beras impor tidak laku di pasaran, Dadan Irawan pun tidak memungkiri hal tersebut.
Kondisi stok beras ini pun menjadi kekhawatiran karena menyebarkan hama ke stok baru mengingat usianya yang sudah terlalu lama.
Dadan mengatakan total stok beras di Bulog Indramayu sekarang ada sebanyak kurang lebih 33.000 ton. Stok beras tersebut merupakan gabungan dari sisa stok di 2018 hingga pengadaan awal di 2021.
“Indramayu terdiri dari stok tahun 2018 sebanyak kurang lebih 17.000 ton, kemudian 2019 kurang lebih 7.400 ton, tahun 2020 ada 2.000 ton, kemudian tahun 2021 yang baru penyerapan itu sekitar 800 ton,” kata Dadan.
Sementara itu, Pemerintah Kabupaten Indramayu menolak rencana pemerintah melalui Kementerian Perdagangan untuk melakukan import beras. Langkah ini diambil sebagai bentuk perlindungan pemerintah di daerah kepada petani agar dapat menikmati keuntungan dari panen raya pada bulan April nanti.
Hal tersebut disampaikan bupati Indramayu Hj Nina Agustina Dai Bachtiar yang didampingi wakil bupati Indramayu Lucky Hakim, dan Sekretaris daerah Rinto Waluyo, Rabu (24/3).
Penolakan import beras tersebut, kata Nina sebagai bentuk proteksi kepada petani yang selama ini selalu merugi akibat anjloknya harga gabah dan naiknya harga pupuk.
“Indramayu menolak rencana untuk mengimport beras. Karena hal ini sangat merugikan petani kami,” kata Nina Agustina.
Nina membeberkan data hasil panen Kabupaten Indramayu mencapai 1,7 juta ton per tahun.
Sementara, kebutuhan untuk konsumsi warganya hanya 250 ribu ton per tahun dan serapan Bulog mencapai 35 ribu ton per tahun. Kondisi mengakibatkan surplus produksi setiap tahunnya.
“produksi padi kita sudah surplus, nah kalo ditambah masuknya beras impor akan sangat berdampak bagi petani. Kenapa tidak ditingkatkan pada pengadaan sehingga importnya kita kurangi,” jelas Nina. (Agus)
Discussion about this post