MAJALENGKA, (FC).- Pemerintah Kabupaten Majalengka membatalkan rencana pelaksanaan kegiatan belajar mengajar (KBM) secara tatap muka di seluruh tingkatan sekolah TK/RA, SD/MI, SMP/Mts di Kabupaten Majalengka.
Hal tersebut menyusul adanya kenaikan angka positif Covid-19 di wilayah tersebut.
Hal ditegaskan, Bupati Majalengka Karna Sobahi usai rapat koordinasi bersama unsur Forkopimda terkait pembahasan penanganan Covid-19.
Bupati mengatakan, penundaan itu diambil setelah mempertimbangkan perkembangan terkini Covid-19 di Majalengka.
“Sekarang sudah ada 14 Guru yang meninggal karena terpapar Covid-19,” tegas Karna Sobahi kepada wartawan, Rabu (13/1).
Untuk terus mengantisipasi segala resiko terpaparnya virus corona klaster sekolah, Bupati memutuskan kegiatan belajar mengajar di sekolah tetap dengan cara daring atau online.
“Untuk sekolah tetap daring, saya tidak akan mengizinkan sekolah untuk tatap muka,” jelasnya.
Penyebaran kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Kabupaten Majalengka terus mengalami kenaikan. Sehingga pihaknya berharap tidak terjadi klaster baru pendidikan, terlebih bagi siswa SD yang sangat rentan terpapar virus corona.
“Saya harap tidak ada penularan kepada peserta didik dan ini sangat rawan sekali,” ucapnya.
Alasan lain adalah diberlakukannya instruksi dari Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, di mana Majalengka masuk ke dalam 20 daerah yang diberlakukan PSBB Proporsional.
“Semua ini dilakukan demi melihat keamanan dan keselamatan semua, kita terpaksa harus mengambil langkah ini,” tandasnya.
Terpisah, seorang wali murid di wilayah Kecamatan Jatitujuh sangat menyayangkan dengan adanya pembatalan untuk belajar secara tatap muka.
Hal itu mengingat di sektor lain sudah mulai dibuka walaupun dengan penerapan prokes yang ketat, seperti pasar, objek wisata dan yang lainnya.
“Saya jadi bingung, kenapa KBM tatap muka tidak bisa dilaksanakan, padahal kan yang penting penerapan prokesnya saja yang ketat,” ujar wali murid yang mengaku bernama Hasanudin.
Dikatakannya, belajar secara daring atau online tidaklah efektif, disamping kurangnya pendapingan dari orang tuanya, ekonomi sesorang tidaklah sama.
“Ya kan tidak semuanya orang tua memiliki hp anroid dan sanggup membeli kuota, saat pandemi ini jangankan untuk membeli hp android, untuk makan sehari hari saja sudah ngap-ngapan,” pungkas Hasanudin. (Munadi)
Discussion about this post