KOTA CIREBON, (FC).- Banyak tradisi dan ritual di Kerton Kasepuhan, satu diantaranya adalah tradisi siraman panjang. Tradisi ini digelar setiap tanggal 5 Maulud dalam kalender Islam. Dan sudah menjadi kalender rutin di Keraton Kasepuhan selama bertahun-tahun.
Siraman panjang ini merupakan prosesi pencucian piring peninggalan wali yang sudah berumur ratusan tahun.
Pada prosesi pencucian itu, terdapat piring tafsi atau piring besar yang berjumlah 7, piring pengiring yang jumlahnya 38, ada dua gentong atau guci, dan tempat mawar atau wewangian sebanyak 2. Piring-piring itu akan digunakan untuk membawa nasi rosul atau nasi Jimat pada tradisi panjang jimat.
Saat tradisi siraman panjang, banyak warga dari berbagai wilayah Cirebon dan sekitarnya datang untuk melihat prosesi tersebut. Uniknya, usai prosesi pencucian itu, air yang digunakan untuk mencuci piring-piring ini menjadi rebutan para warga.
Warga mempercayai air bekas cucian benda-benda peninggalan wali ini dipercaya membawa keberkahan dan keselamatan. Seperti yang dilakukan Nenci (59) warga Cidenok, Sumber Jaya, Kabupaten Majalengka sengaja datang untuk mendapatkan air bekas cucian itu.
Patih Sepuh Keraton Kasepuhan Cirebon, PR Goemelar Soeriadiningrat mengatakan setiap tradisi siraman panjang, banyak masyarakat yang selalu mengantri dan berebut air bekas cucian benda tersebut. Banyak masyarakat mempercayai air bekas cucian benda ini untuk mendapatkan keberkahan, khususnya dari Allah SWT.
“Tadi kenapa masyarakat mengambil airnya, karena masyarakat ingin mendapatkan keberkahan, khususnya dari Allah SWT melalui peninggalan leluhur. air itu sumber dari kehidupan di muka bumi ini,” katanya, Jumat (22/9). (Agus)
Discussion about this post